Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpal Berdarah yang Mengungkap Dzhokar

Kompas.com - 20/04/2013, 22:32 WIB

WATERTOWN, KOMPAS.com - David Henneberry terkurung di dalam rumahnya di Watertown, Massachusetts, selama berjam-jam karena ada larangan keluar rumah oleh pihak berwenang terkait perburuan tersangka bom Boston, Jumat (19/4/2013).

Ketika polisi sudah mengangkat larangan itu, Henneberry pun keluar rumah. Yang pertama ditengoknya adalah perahu yang diparkir di halaman belakang rumahnya.

Yang dia lihat saat itu ternyata menghentikan perburuan tersangka, Dzhokar Tsarnaev, pemuda 19 tahun yang menjadi tersangka bom Boston.

"Dia melihat terpal yang menutupi perahunya tersibak terkena angin," kata Robert Duffy, putra tirinya, kepada Piers Morgan dari CNN.

Menurut Duffy, ayah tirinya itu selalu menutup perahunya rapat-rapat dan tali-tali yang mengikat terpal itu sangat kuat. Sehingga angin di musim dingin pun tidak akan bisa menyibaknya.

"Dia pun mendekati perahunya dan melihat salah satu talinya dipotong - bukan patah, atau terlepas dari pengaitnya," ujar Daffy. Saat itu ayahnya melihat sesuatu, seperti darah, pada terpal itu.

Awalnya dia mengira ada hewan yang memaksa masuk perahu itu. "Mungkin tupai," kata Duffy menirukan ayahnya.

Henneberry pun naik ke tangga untuk melongok ke perahunya. "Dia benar-benar memasukkan kepala di bawah terpal dan melihat ada genangan darah.

Kondisi di balik terpal itu sangat gelap, jadi Henneberry hanya bisa melihat bayangan. "Tapi dia benar-benar melihat ada sosok yang meringkuk," ungkap Duffy.

Henneberry pun mulai menghubung-hubungkan fakta. Genangan darah, perburuan orang di Watertown.... Dia langsung memutuskan untuk menelepon nomor 911.

Tak lama kemudian, sirene mobil polisi meraung-raung mendekati rumah itu. Puluhan mobil aparat berdatangan dan polisi langsung mengepung rumah itu.

Keluarga Henneberry pun digiring ke rumah tetangga. Proses evakuasi itu sangat cepat, sampai-sampai Henneberry dan istrinya tidak sempat membawa ponsel.

Duffy yang menonton televisi sangat panik ketika melihat aparat menggempur halaman belakan rumah orangtuanya.

"Kami hanya melihat peluru, kami hanya melihat ada orang berlumuran darah di dalam perahu itu," ujar Duffy. Yang ada di pikirannya saat itu adalah orang di perahu itu adalah ayahnya.

Dia mencoba menelepon rumah orangtuanya. Namun yang didengarnya adalah nada sibuk. "Empat puluh menit yang mengerikan," kenang Duffy.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com