KOMPAS.com - Pria 60 tahun ini sudah menggeluti sektor properti selama lebih dari tiga dekade. Ia jugalah salah satu "aktor intelektual" lahirnya konsep kota mandiri BSD City bersama Ciputra, dan beberapa tokoh lainnya.
Pingki Elka Pangestu, pria itu, adalah arsitek sekaligus perencana kota lulusan University of Sydney, Australia. Ia kembali turun gelanggang membidani kelahiran proyek-proyek kelas menengah. Kendati "hanya" menengah seperti pada Satu8 Residence yang mengadopsi konsep loft, ia tergolong "perintis" di genrenya.
"Bermain di industri ini harus punya kemampuan membaca pasar, inovatif dan mau jadi martir. Merealisasikan hal baru adalah salah satu cara kita memahami sekaligus mengedukasi pasar," ujar Pingki kepada Kompas.com di Jakarta, Kamis (18/4/2013).
Di matanya, kelas menengah adalah strata paling kuat demand-nya untuk saat ini. Kebutuhannya laten dan belum terpenuhi secara maksimal. Sementara pertumbuhan ekonomi, lanjut Pingki, harus dibaca sebagai pemantik kepercayaan konsumen.
Indeks kepercayaan konsumen yang kian menguat itulah yang mendorong Pingki beserta entitas-entitas perusahaannya lebih suka bermain di properti (khususnya apartemen) dengan harga jual Rp 500 juta-Rp 1 miliar. Namun, dari semua hal itu, yang paling penting adalah mengakomodasi apa yang dibutuhkan pasar. Bila pasar sudah tidak butuh, ia menyarankan untuk tidak ngotot mencekoki dengan properti sejenis.
"Lokasi yang dipilih pun harus dekat dengan pusat-pusat kegiatan, dan realisasi dari rencana pengembangan public transportation serta infrastruktur utama," ujar komisaris di berbagai kelompok usaha pengembang seperti Tristar Land dan Grup Arkadia ini.
Dana asing
Pingki memproyeksikan, dalam beberapa tahun ke depan, kawasan-kawasan seperti Kebayoran Lama, Kemang, Bangka dan Cilandak akan melesat karena dilalui oleh jalur transportasi publik. Dalam skup Nasional, kota-kota kedua dan ketiga khususnya di Kawasan Timur Indonesia akan muncul sebagai kekuatan baru industri properti. Sebut saja, Solo, Cirebon, Balikpapan, Purwokerto, kota-kota di Sulawesi, dan Ambon.
"Dana-dana asing dari Eropa, Timur Tengah dan China akan mengalir deras ke kawasan ini. Mereka berpaling dari negara-negara yang pengembalian investasinya menciut," lanjut Pingki.
Untuk mengantisipasi derasnya aliran dana asing itu, ia menyarankan para pengembang untuk terus melakukan perbaikan, improvisasi dan peningkatan kualitas, baik dari sisi kualitas produk, konsep maupun standar kelasnya yang harus "bercita rasa" internasional. Bila perlu, lanjut dia, lawan arus mainstream.
Dalam aksi strategisnya sendiri, Pingki akan tetap menyeimbangkan antara pembangunan perumahan dan komersial vertikal. Keduanya merupakan pilar bisnis yang saling melengkapi.
"Landed house memang jauh lebih mudah, dapat dilakukan secara klasterisasi. Sementara high rise residential lebih kompleks dan merupakan intensive capital. Jika mangkrak, citra pengembang ternoda," ujar pemilik Gading Green Hill sebanyak 1000 unit.
Adapun rencana Pingki yang segera diimplementasikan adalah membangun hotel bisnis di kompleks Menara Hijau Arcadia, Simatupang, Jakarta Selatan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.