Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Assad Ancam Konflik Meluas

Kompas.com - 19/04/2013, 04:07 WIB

Kairo, Kompas - Presiden Suriah Bashar al-Assad menuduh Jordania memberi kemudahan masuknya gerilyawan dan senjata melalui negara itu ke Suriah. Assad mengingatkan, perang di Suriah bisa menjalar ke Jordania serta negara tetangga lain.

Hal itu ditegaskan Assad dalam wawancara dengan televisi Suriah, Al Akhbariyah, Rabu (17/4) malam, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir.

Selain itu, Assad juga menuduh Barat mendukung Al Qaeda dan teroris di Suriah. Dukungan Barat terhadap Al Qaeda ini, seperti pernah dilakukan Barat di Afganistan, harus dibayar mahal karena aksi kekerasan akan segera beralih ke tanah Amerika Serikat (AS) dan Eropa sendiri.

Peringatan Assad itu disampaikan sepekan setelah Front Al- Nusra menobatkan pemimpin Al Qaeda, Ayman Thawahiri, sebagai pemimpin mereka. Sebelumnya, AS memasukkan Front Al-Nusra sebagai gerakan teroris.

”Tidak bisa dibenarkan, ribuan orang bersenjata masuk Suriah lewat Jordania. Pada saat yang sama, Jordania mampu menangkap seorang bersenjata yang hendak berjuang di Palestina,” tutur Assad.

Ia mengancam, kobaran api tak hanya menyala di Suriah, tetapi juga menjalar ke Jordania. Ancaman Assad ini menyusul pembukaan perbatasan oleh Jordania untuk menyalurkan senjata ringan menuju Provinsi Deraa, Suriah selatan. Senjata itu dibeli dari Kroasia dengan dana Arab Saudi di bawah pengawasan Badan Intelijen Pusat AS.

Raja Jordania Abdullah II dijadwalkan mengunjungi Washington, pekan depan, untuk bertemu Presiden AS Barack Obama, membahas peran Jordania dalam krisis Suriah.

Senjata kimia

Jordania juga mengumumkan kedatangan 200 personel pasukan AS dalam waktu dekat untuk melatih pasukan Jordania dan kubu oposisi Suriah serta memantau pergerakan senjata kimia Suriah. Sebelumnya pada Oktober 2012, sebanyak 150 personel pasukan AS tiba di Jordania dengan misi yang sama.

Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel dalam acara dengar pendapat Senat AS, Rabu, mengatakan, pengiriman perencana militer ke Jordania itu tidak berarti AS menyiapkan intervensi militer ke Suriah. Menurut Hagel, AS wajib memikirkan konsekuensi intervensi ke Suriah dan harus siap dengan komitmen untuk jangka panjang.

”Anda harus benar-benar yakin sebelum terlibat dalam sesuatu. Sekali Anda terlibat, kita tak bisa mundur,” ujarnya.

Hagel menambahkan, pengiriman perencana militer tersebut terkait dengan pergerakan senjata kimia Suriah dan mencegah kekerasan di Suriah melebar ke Jordania. Jumlah personel militer AS di Jordania tetap sekitar 200 orang karena hampir semua anggota yang dikirim dalam gelombang pertama akan ditarik pulang.

Pengiriman militer AS ini, menurut analis politik dan kolumnis asal Jordania, Labib Kamhawi, sama artinya dengan menyeret Jordania ke dalam konflik Suriah. ”Eskalasi ini telah diketahui publik. Awalnya Jordania menghadapi konflik ini dengan tenang, tetapi kini bergerak menuju arah konfrontasi,” ujar Kamhawi.(AP/AFP/Reuters/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com