Tuntutan oposisi disampaikan dalam unjuk rasa di jalanan kota Caracas, yang menyebabkan bentrokan dengan polisi, Senin. Ribuan pendukung oposisi turun ke jalan setelah CNE menetapkan penjabat Presiden Nicolas Maduro sebagai pemenang, mengalahkan kandidat oposisi, Henrique Capriles. Capriles menolak mengakui kekalahan dan menuntut penghitungan ulang penuh.
Capriles mengatakan, angka yang diperoleh timnya memperlihatkan dia memenangi pemilu 14 April lalu. Perbedaan itu membuat dia menuntut audit atas hasil resmi yang memberi Maduro kemenangan tipis, 50,8 persen berbanding 49 persen suara untuk Capriles.
CNE menolak penghitungan suara ulang, yang mengecewakan kubu oposisi. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan unjuk rasa yang berpusat di sebuah kawasan elite di Caracas.
Pemilu presiden itu diadakan menyusul meninggalnya pemimpin sosialis Hugo Chavez, 5 Maret, setelah dua tahun berjuang melawan kanker. Chavez menunjuk Maduro sebagai penggantinya sebelum meninggal dunia.
Kedua pihak mengimbau para pendukung mereka mengadakan unjuk rasa damai di seluruh negeri, Selasa. Imbauan ini meningkatkan kekhawatiran akan lebih banyak kerusuhan politik di negara pemilik cadangan minyak terbesar di dunia yang berpenduduk 29 juta orang itu.
”Saya mengimbau rakyat untuk berjuang dengan damai, mobilisasi di seluruh negeri... cukup sudah pelanggaran!” kata Maduro kepada media, beberapa jam setelah secara resmi dinyatakan sebagai pemenang.
”Mereka mencoba melanggar mayoritas... kami mengimbau mereka (oposisi) untuk menghormati kehendak rakyat.”
Maduro—sebelumnya mendukung audit hasil pemungutan suara—kini mengatakan, tuntutan Capriles untuk sebuah penghitungan ulang penuh adalah ”keinginan seorang borjuis”.