Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat-saat Merinding di Wembley

Kompas.com - 16/04/2013, 03:36 WIB

Teriakan dan tepuk tangan suporter Manchester City dua kali bergemuruh menyusul gol ke gawang Chelsea dalam semifinal Piala FA di Stadion Wembley, London, Inggris, Minggu (14/4). Histeria di stadion tempat Piala Jules Rimet diraih Inggris tahun 1966 itu memekakkan telinga 85.621 penonton. Inilah sepak bola sejati yang menyuguhkan hiburan, keramahan, dan tak ketinggalan, sentakan adrenalin.

”Saya belum pernah menonton pertandingan sepak bola langsung seperti ini. Namun, saat di dalam Stadion Wembley, saya merinding, atmosfernya luar biasa. Dua kelompok suporter berteriak bersama seperti paduan suara, luar biasa,” ujar Peter, penonton dari Indonesia.

Pengusaha yang tinggal di Grogol, Jakarta Barat, ini tersengat euforia sepak bola. Ia pun ingin kembali merasakan sengatan yang bisa memicu kecanduan itu, dengan menyaksikan langsung pertandingan tim nasional Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

”Saya ingin lagi menyaksikan pertandingan sepak bola. Saya ingin sekali menonton langsung pertandingan di Indonesia,” ujar salah satu pemenang undian kartu Bank BNI-Chelsea ini.

Atmosfer pertandingan yang panas tetapi tetap santun itu juga jadi pengalaman pertama sejumlah peserta tur BNI-Chelsea. Siska, peserta dari Palembang, merasa nyaman dan aman ada di stadion. Ia bersama suaminya duduk di tribune yang ditempati suporter Chelsea dan Manchester City. Namun, kedua suporter klub besar Inggris itu tidak bersitegang. Mereka berteriak menyemangati tim masing-masing dengan damai. ”Di sini rasanya aman, tidak takut ada yang ribut. Anak-anak saja bisa menonton bersama orangtuanya,” ujar Siska penuh semangat.

Ramai sejak siang

Stadion Wembley yang menjadi kebanggaan masyarakat Inggris ini sudah ramai mulai pukul 11.00 waktu setempat. Suporter Chelsea dan Manchester City mulai memadati area sekitar stadion. Mereka datang menggunakan kendaraan pribadi, bus, dan kereta bawah tanah.

Suporter City dan Chelsea yang mengenakan kostum biru muda dan biru tua berjalan berdampingan menyusuri jalan layang ke lantai dua stadion. Rombongan suporter ini mengular, mengundang decak kagum bahkan dari masyarakat Inggris.

”Luar biasa, ini luar biasa,” ujar seorang penonton yang menyaksikan iring-iringan suporter dari teras lantai dua Wembley.

Suporter kedua tim yang sangat besar itulah sumber kemeriahan di dalam stadion. Sepanjang pertandingan, suporter Chelsea memang lebih ekspresif dibandingkan dengan suporter City. Pendukung ”The Blues” ini terus bernyanyi diselingi tepukan tangan yang mengentak untuk menyemangati timnya.

Sementara suporter City lebih kalem. Mereka berteriak dan melompat-lompat dengan punggung menghadap lapangan saat merayakan gol Samir Nasri dan Sergio Aguero. Perayaan khas suporter City yang membawa pesan, tim lawan bukanlah siapa-siapa. Dua gol itu yang mengantar City melaju ke final Piala FA melawan Wigan.

Tontonan yang menghibur, nyaman, dan aman ini sesuai dengan harga tiket. Laga semifinal ini dijual dengan tiket termurah sekitar 50-60 poundsterling, sekitar Rp 740.000 hingga Rp 880.000. Adapun tiket untuk tribune tingkat dua yang penontonnya tidak boleh mengenakan kostum tim yang bertanding dijual dengan kisaran harga 170-200 pounds, sekitar Rp 2,5 juta hingga Rp 2,9 juta.

Laga besar seperti ini juga mendapat pengamanan khusus dari kepolisian. Pasukan berkuda berpatroli keliling stadion di lantai dasar dan lantai dua. Polisi lainnya berpatroli dengan berjalan kaki dan menunggui suporter yang berpesta di kedai-kedai minuman di sekitar stadion.

Petugas stadion juga mengumumkan melalui pengeras suara memperingatkan bahwa suporter harus berperilaku sopan. Stadion dilengkapi dengan kamera pemantau. Jika ada yang berperilaku buruk dan mengganggu orang lain, suporter bisa diproses hukum oleh polisi.

Penegakan hukum di Inggris sangat ketat. Bintang sepak bola seperti Carlos Tevez dan Micah Richards pun dihukum karena pelanggaran lalu lintas.

Sepak bola sejati seharusnya menawarkan hiburan, kenyamanan, dan keamanan bagi penonton. Pengelolaan sepak bola yang profesional seperti di Eropa memang masih sangat jauh dari yang ada di Indonesia.

Namun, itu bukan tidak mungkin. Inilah tantangan PSSI ke depan, membangun liga yang profesional dan menjadikan sepak bola sebagai hiburan keluarga. Saat level pengelolaan sepak bola seperti Eropa, siapa pun akan merinding saat menonton pertarungan 11 lawan 11 itu. (Agung Setyahadi dari London, Inggris)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com