Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Persiapan, MEA Bisa Menjadi Ancaman

Kompas.com - 08/04/2013, 03:30 WIB

Jakarta, Kompas - Kalangan pengusaha sependapat dengan Menteri Perindustrian MS Hidayat yang menyatakan kegugupannya atas pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA (ASEAN Economic Community/AEC) yang rencananya berlangsung mulai Desember 2015.

”Saya menyepakati pernyataan Menteri Perindustrian tersebut, di mana apabila tidak segera dipersiapkan, AEC dapat menjadi ancaman bagi industri nasional, lebih parah jika dibandingkan dengan pelaksanaan kerja sama Perdagangan Bebas ASEAN-China atau ACFTA,” kata Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani dalam siaran pers di Jakarta, Minggu (7/4).

Dalam ACFTA, Indonesia merasakan manfaat dengan terbukanya potensi akses pasar ke China yang memiliki 1,4 miliar orang, lebih besar dari populasi seluruh negara Eropa. Sementara dalam MEA, Indonesia berpotensi menjadi pasar besar bagi negara ASEAN lainnya. MEA bertujuan untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal, di mana Indonesia merupakan pasar terbesar dengan populasi penduduk mencapai 40 persen dari populasi ASEAN lainnya.

Selain itu, neraca perdagangan Indonesia dengan negara ASEAN lainnya mayoritas defisit. Perdagangan Indonesia dengan Brunei defisit sebesar 281,7 juta dollar AS, Indonesia dengan Malaysia defisit 511,3 juta dollar AS, Indonesia dengan Singapura defisit 707,9 juta dollar AS, Indonesia dengan Thailand defisit 721,4 juta dollar AS, serta Indonesia dengan Vietnam defisit sebesar 157,5 juta dollar AS. Neraca perdagangan Indonesia hanya positif dengan empat negara lainnya, yaitu dengan Kamboja surplus sebesar 233,9 juta dollar AS, Indonesia dengan Laos surplus 17,9 juta dollar AS, dengan Myanmar surplus sebesar 238,6 juta dollar AS, serta dengan Filipina surplus 2448,55 juta dollar AS.

Sementara itu, Menteri Pertanian Suswono saat menutup Pameran Agrinex 2013 di Jakarta mengatakan, guna menghadapi MEA, peningkatan produksi dalam negeri sangat diperlukan. Salah satu usaha yang harus dilakukan adalah meningkatkan produksi dalam negeri. Hal tersebut baru dapat tercipta bila terwujud sinergi yang baik antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha. Menurut dia, salah satu cara untuk meningkatkan produksi pangan ialah dengan mengoptimalkan pertanian.

Hal senada juga diungkapkan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto. Menurut dia, masalah pertanian ini merupakan sesuatu yang kompleks dan tidak bisa diatasi dari satu sisi saja.

”Sinergi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha diperlukan untuk memperkuat produksi pangan dalam negeri. Dalam MEA, sinergi juga harus segera dilakukan agar kita tidak hanya menjadi pasar bagi negara lain,” ujarnya. (K10/MAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com