Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Rudal Korut Pekan Ini

Kompas.com - 08/04/2013, 02:42 WIB

SEOUL, MINGGU - Penasihat keamanan nasional Korea Selatan, Kim Jang-soo, Minggu (7/4), menyatakan, Korea Utara diperkirakan akan menembakkan rudal terbarunya pekan ini. Meski demikian, negara komunis itu diyakini tidak akan memulai sebuah perang skala penuh.

Menurut Kim Jang-soo, yang menjadi penasihat utama Presiden Korea Selatan (Korsel) Park Geun-hye, Korut kemungkinan besar akan meluncurkan rudalnya sekitar Rabu (10/4) mendatang.

Tanggal tersebut menjadi patokan karena dalam surat Pemerintah Korea Utara (Korut) kepada kantor-kantor kedutaan besar asing disebutkan bahwa pemerintah tak lagi bisa menjamin keselamatan para diplomat asing setelah 10 April.

Belakangan ini Korut meningkatkan retorika ancamannya dengan mengatakan akan menyerang Korsel dan wilayah Amerika Serikat (AS). Hal itu dipicu kemarahan Pyongyang akibat sanksi baru Dewan Keamanan PBB pascakenekatan Korut menguji coba bom nuklir ketiga dan roket jarak jauhnya, beberapa waktu lalu.

Sebelumnya dilaporkan, Korut juga telah mengisi dua rudal jarak menengahnya dengan hulu ledak. Rudal-rudal itu kemudian dipasang di sistem peluncur mobil, yang kemudian disembunyikan di lokasi bawah tanah di pantai timur negeri itu.

”Tidak ada tanda-tanda dimulainya perang berskala penuh sampai saat ini, tetapi pihak Korut harus bersiap menghadapi pembalasan jika terjadi perang lokal,” tutur Kim Jang-soo.

Saat Korut dikabarkan sedang bersiap melakukan uji coba rudal, Departemen Pertahanan AS dilaporkan menunda rencana uji coba rudal nuklirnya.

Keputusan Pentagon itu bertujuan menghindari spekulasi dan kesalahpahaman yang berpotensi memicu ketegangan lebih jauh di Semenanjung Korea. Uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Minuteman 3 itu rencananya digelar Pangkalan Udara Vandenberg di California dalam waktu dekat, tetapi kemudian ditunda hingga bulan depan.

Keputusan penundaan uji coba ICBM AS itu diambil oleh Menteri Pertahanan Chuck Hagel.

”Kami tidak ingin dianggap berniat memperparah krisis yang sekarang terjadi. Pembatalan tersebut untuk menghindari kesalahpahaman atau bahkan manipulasi,” ujar seorang pejabat Departemen Pertahanan AS.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com