Oleh: Eva Riyanty Lubis Ilustrasi: A Handogo
Aku benci serangga!” Suara Lia melengking membuat seisi rumah harus menutup kedua telinga rapat-rapat. ”Ayah, mulai sekarang Lia enggak mau tidur di kamar Lia. Lia benci dengan semut-semut nakal itu, apalagi lalat yang berisiknya minta ampun. Belum lagi kecoa yang menggelikan...,” Lia kembali menjerit sambil menangis.
AYAH hanya menggeleng-gelengkan kepala. Begitu juga dengan nenek yang hanya bisa mengelus dada, tidak kuat mendengar teriakan cucunya.
”Kita cuma punya dua kamar. Lia mau tidur di ruang tamu bersama Nenek?” kata Ayah dengan lembut.
”Pokoknya Lia enggak mau, semua nyebelin!” Lia mengentakkan kakinya sambil pergi meninggalkan rumah.
Seperti biasa kalau Lia kesal dan sedih dia akan pergi ke rumah Shasa yang rumahnya tak begitu jauh dari rumah mereka.
”Aku kesal banget Sha, serangga- serangga itu mengganggu hidupku,” Lia memulai curhatannya.
”Kalau aku di posisimu aku juga akan merasakan hal yang sama,” jawab Shasa.
”Terus aku harus ngapain dong, mana sebentar lagi kita ujian kenaikan kelas. Mana bisa aku konsentrasi belajar?” gerutu Lia sembari menggaruk kepalanya.
Shasa tiba-tiba tersenyum ”Aku punya ide.”