Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemangku Kepentingan Harus Siap

Kompas.com - 05/04/2013, 03:41 WIB

Jakarta, Kompas - Seluruh pemangku kepentingan di Indonesia harus siap menghadapi berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015. Kesiapan ini diperlukan agar Indonesia dapat menjadi pemain berdaya saing tinggi dan bukan sebagai pasar belaka.

Demikian benang merah unjuk bincang bertema ”Kesiapan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 di Tengah Pertarungan Politik 2014”, di Jakarta, Kamis (4/4).

Acara tersebut diselenggarakan Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) sebagai rangkaian acara Indonesian Young Leader Forum II 2013 yang akan digelar pada April 2013.

”Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesadaran dan daya saing agar Indonesia menjadi pemain utama di Masyarakat Ekonomi ASEAN,” ungkap Ketua Umum BPP Hipmi Raja Sapta Oktohari.

Kepala Subdirektorat Kerja Sama Subregional Kementerian Perdagangan Dona Gultom mengatakan, pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah terbentuknya pasar dan basis produksi tunggal. Pilar lain adalah terbentuknya kawasan berdaya saing tinggi dan kawasan dengan pembangunan ekonomi merata. Selain itu juga adanya integrasi dengan perekonomian dunia.

Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Kementerian Luar Negeri Iwan Suyudhie Amri mengatakan, percepatan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN dari 2020 menjadi 2015 didasari sejumlah alasan. Alasan dimaksud, antara lain, melalui integrasi tersebut daya saing negara-negara di Asia Tenggara dapat diperkuat dalam menghadapi kompetisi global, semisal terhadap China dan India. Ada pula potensi menekan biaya produksi di ASEAN 10-20 persen karena penurunan tarif sehingga lebih efisien bersaing.

”Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan negara-negara di kawasan ASEAN sehingga terbiasa dengan persaingan yang lebih fair,” ujar Iwan.

Deputi Perdagangan Perindustrian Kementerian Perekonomian Edy Putra Irawadi menuturkan, Indonesia memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya pengalaman dalam menghadapi krisis. ”Indonesia berpengalaman menghadapi krisis minyak dan moneter. Bahkan, saat ada krisis global pun ekonomi mampu bertumbuh 4,5 persen pada 2009,” kata Edy.

Dalam sarasehan yang diadakan oleh Ikatan Sarjana Katolik Indonesia bersama Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atma Jaya, di Jakarta, Kamis, Pemimpin Triputra Group Theodore Permadi Rachmat mengatakan, persiapan menyambut Pasar Bebas ASEAN 2015 akan menghindari bisnis yang berkompetisi dengan China. Sebaliknya, ia akan mengembangkan bisnis yang belum dikembangkan China.

”Sebagai pengusaha, saya akan menyuplai logistik ke China, tetapi dari sisi pemerintah kita diajak untuk berkompetisi dengan China,” ungkap TP Rachmat. (CAS/K09)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com