Kantor berita Pemerintah Korea Utara (Korut), KCNA, mengabarkan, selain ditujukan untuk kepentingan pembangkit listrik, pengaktifan kembali reaktor nuklir Yongbyon yang dibangun pada era Uni Soviet ini juga akan difokuskan untuk bahan baku senjata pemusnah massal.
Pengumuman ini menambah tinggi tensi di Semenanjung Korea yang belakangan terus meningkat menyusul serangkaian ancaman yang dirilis Pyongyang. Dalam dua pekan terakhir, Pyongyang menggertak akan menyerang frontal Korea Selatan (Korsel) dan sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS).
Ancaman terakhir yang disemburkan Korut adalah menyerang kepentingan-kepentingan AS di Guam dan Hawaii, bahkan akan menembakkan peluru kendalinya ke daratan utama AS. Pyongyang juga mengancam akan menutup kawasan industri Kaesong yang merupakan simbol terakhir kerja sama antar-Korea.
Rangkaian ancaman ini menyusul sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 7 Maret lalu selepas Korut menggelar uji coba peluru kendali dan melakukan tes nuklir bawah tanah pada awal Desember 2012.
Kemarin, KCNA merilis teks lengkap pidato pemimpin Kim Jong Un yang disampaikan saat pertemuan komite sentral Partai Pekerja, kelompok politik yang memerintah Korut. Pidato disampaikan Kim Jong Un hari Minggu (31/3), tetapi baru dipublikasikan KCNA secara utuh pada Selasa kemarin.
Menurut Yan Moo-jin, pengamat di Universitas Studi Korut, Seoul, pidato Kim Jong Un lebih merupakan upaya untuk menggerakkan ekonomi. ”Faktanya pidato tersebut dilakukan di depan rapat komite sentral partai yang merupakan organ tertinggi pengambil keputusan. Ini mengindikasikan upaya menyorot problem ekonomi dan menggeser fokus dari soal keamanan ke isu ekonomi,” tutur Yan Moo-jin.
Namun, Yan Moo-jin mengingatkan, jika pidato itu ditindaklanjuti dengan pengaktifan kembali reaktor nuklir Yongbyon, ini mengakibatkan implikasi panjang terhadap politik keamanan Semenanjung Korea.
Pengamat mengatakan, pengaktifan kembali reaktor Yongbyon akan lebih merupakan peningkatan produksi plutonium ketimbang sebuah program pengayaan uranium. Sebelum ditutup, reaktor Yongbyon, yang berkapasitas 5 megawatt, memang dipakai Korut untuk memproduksi plutonium guna pengembangan senjata nuklir.