Profesor ilmu politik di universitas Islam di Gaza City, Hani Basus, mengatakan, Meshaal masih menjadi figur pemersatu di kalangan internal Hamas dan terpilihnya kembali Meshaal adalah keniscayaan pada saat ini.
Ia menyebut, kepemimpinan Meshaal bisa memperkuat barisan Hamas. Meshaal juga diyakini bisa membantu terwujudnya rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah berkat hubungan baik Meshaal dengan kekuatan-kekuatan utama regional, seperti Arab Saudi, Qatar, Turki, Iran, dan Mesir.
Di kalangan elite para pemimpin dunia Arab, Meshaal dikenal sebagai bagian dari sayap moderat Hamas. Meshaal mendukung kuat tercapainya gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang dimediasi Mesir untuk mengakhiri perang Jalur Gaza, November tahun lalu.
Meshaal juga mendukung tercapainya kesepakatan pembebasan serdadu Israel, Gilad Shalit, Oktober 2011. Shalit, yang ditawan Hamas sejak 2006, dibebaskan dengan imbalan pembebasan 1.000 tahanan Palestina dan peringanan blokade Israel atas Jalur Gaza.
Hamas sempat kesulitan menyusul meletusnya revolusi Suriah bulan Maret 2011. Hamas, yang memiliki kantor resmi di Damaskus, mendukung revolusi rakyat Suriah melawan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Hamas kemudian secara bertahap menutup kantornya di Damaskus dan para pemimpinnya menyebar ke sejumlah negara lain. Meshaal memilih tinggal di Doha, Qatar.