BEIJING, Selasa
Meski demikian, mereka menduga virus tersebut tidak dapat berpindah dengan mudah dari manusia ke manusia.
Menurut Komite Keluarga Berencana dan Kesehatan Nasional China di Beijing, Senin (1/4), dua warga Shanghai menjadi korban pertama virus flu burung dari galur H7N9 setelah terjangkit pada Februari lalu. Sementara seorang perempuan di kota Chuzhou berada dalam kondisi kritis.
Belum jelas benar bagaimana ketiga pasien itu terjangkit virus itu. Otoritas belum memaparkan pekerjaan para pasien atau menjelaskan apakah mereka pernah melakukan kontak dengan burung atau hewan lain.
Petugas kesehatan menyatakan, dua anak dari salah satu korban di Shanghai itu juga menderita pneumonia akut. Salah satu dari mereka meninggal dan sumber infeksi belum diketahui. Sementara orang lain yang dekat dengan para korban tetap sehat. Hal ini mengindikasikan virus itu tidak mudah berpindah antarmanusia.
”Kami belum mengetahui benar penyebab sakitnya kedua anak itu. Namun, secara alami jika tiga orang dalam satu keluarga menderita pneumonia dalam periode berdekatan, tentu itu menimbulkan kekhawatiran,” ujar Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk China Michael O’Leary.
Kabar tewasnya dua penderita flu burung dari China ini langsung memicu kewaspadaan tinggi. Otoritas Taiwan mewajibkan setiap penumpang pesawat atau kapal dari daratan utama China, Hongkong, dan Makau melewati detektor suhu badan untuk mencegah penderita flu burung masuk ke wilayahnya.
Warga Taiwan yang menderita demam dalam jangka waktu 10 hari setelah pulang dari tiga wilayah itu juga diwajibkan memeriksakan diri di rumah sakit.(AP/AFP/joe)