Sebelum bom mobil itu, pemberontak juga sudah sering melakukan serangan bergaya gerilya. Mali telah menjadi target serangan yang oleh Al Qaeda diklaim sebagai perang melawan intervensi militer Perancis ke Mali.
Berbagai serangan itu sebenarnya merefleksikan bahwa ada tantangan besar keamanan di Mali pada saat Perancis sedang bersiap-siap mengurangi kehadiran pasukannya dan menyerahkannya kepada pasukan Mali yang minim persenjataan.
Menurut rencana, militer Perancis akan mengurangi 4.000 personelnya secara bertahap dalam tiga bulan ke depan. Sekitar 2.000 orang di antaranya akan ditarik Juli nanti dan menyisakan 1.000 personel hingga akhir tahun 2013. Selain itu, sebenarnya juga ada pasukan regional Afrika, dengan lebih dari 7.000 prajurit yang bisa membantu Mali.
Kementerian Pertahanan Mali, Sabtu, mengatakan bahwa dua tentara Nigeria yang tergabung dalam pasukan regional Afrika tewas ketika konvoi truk mereka terkena ranjau di luar Ansongo, dekat perbatasan dengan Niger. Bukan sekali ini saja tentara yang bertugas di Mali terkena ranjau. Pada Februari lalu, empat tentara Mali juga tewas karena ranjau.
Intervensi Perancis ke Mali ini terjadi atas permintaan Bamako yang khawatir akan semakin kuatnya kekuasaan kelompok garis keras yang telah mengokupasi sebagian besar Mali utara. Kelompok-kelompok itu, seperti Ansar Dine, memiliki kaitan erat dengan kelompok binaan Al Qaeda lainnya di Afrika barat.(AFP/REUTERS/AP/CAL)