Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelaparan dan Krisis Air Mengancam

Kompas.com - 30/03/2013, 03:01 WIB

bangui, kamis - Afrika Tengah, Kamis (28/3), memasuki situasi gawat darurat. Sejumlah rumah sakit di ibu kota Bangui kewalahan menerima pasien luka dan puluhan ribu orang lain terancam kelaparan dan kekurangan air bersih. Situasi ini terjadi empat hari setelah kudeta berdarah yang menggulingkan Presiden Francois Bozize.

Presiden terguling, Bozize, sejak Minggu lalu sudah melarikan diri ke Kamerun. Menurut Menteri Luar Negeri Kamerun Arifari Bako, Francois Bozize saat ini sedang mencari suaka di Benin.

Afrika Tengah saat ini dikendalikan pemimpin kudeta, Michel Djotodia, yang sudah memproklamasikan diri sebagai presiden. Djotodia, mantan menteri pertahanan di bawah Presiden Bozize, sudah mendapat dukungan dari pemimpin tertinggi militer.

”Mantan pemimpin tertinggi tentara nasional (FACA) menyatakan ingin bertemu dengan Presiden Djotodia untuk menyatakan kesetiaan militer terhadap presiden baru,” ujar Maurice Ntossui, komandan tentara perdamaian Afrika.

Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan semakin memburuk di republik bekas jajahan Perancis tersebut. Selain kelaparan, situasi keamanan di ibu kota Bangui pun masih sangat rawan dan terjadi penjarahan hampir di semua sudut kota.

Menurut kantor PBB Urusan Koordinasi dan Kemanusiaan (OCHA), bagian utara dan pusat kota merupakan wilayah yang paling kritis. ”Sekitar 80.000 warga kota benar-benar kekurangan bahan makanan,” ungkap OCHA.

Sejumlah rumah sakit, demikian pernyataan OCHA, tak mampu menampung pasien yang terluka. Bahkan, petugas di bagian gawat darurat tak bisa menjalankan tugasnya lagi karena terlalu banyak pasien yang harus dirawat. Sebagian besar pasien itu bahkan bergeletakan di koridor dan gang-gang rumah sakit.

Seperti halnya sebagian besar wilayah Bangui, rumah sakit juga kekurangan air bersih dan aliran listriknya terputus. Sebentar lagi mereka akan kekurangan bahan bakar.

Menurut OCHA, sekitar 5.000 orang melarikan diri ke utara menuju Republik Demokratik Kongo untuk mencari suaka sebagai pengungsi.

Christophe Gazam Betty, juru bicara Seleka—koalisi pemberontak yang dipimpin Djotodia— mengatakan, pihaknya berusaha keras memulihkan situasi pada awal pekan depan. ”Kami akan segera memulihkan kehidupan ekonomi dan administrasi negara, paling lambat pada Selasa pekan mendatang,” ujarnya.

Presiden Djotodia juga sudah memerintahkan militer dan polisi untuk memulihkan situasi dan membuka kembali berbagai pelayanan publik. (AFP/joy)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com