Dalam pidatonya selama 10 menit, yang ditayangkan di stasiun televisi pemerintah, Kamis (28/3), Thein bahkan tak segan mengancam. Dia menegaskan tak akan ragu-ragu mengambil langkah keras dalam menghadapi para perusuh yang disebutnya sebagai kelompok oportunis politis dan ekstremis agama.
”Saya peringatkan agar mereka tidak coba mengeksploitasi ajaran agama dan mengembangkan kebencian antarmasyarakat berbeda keyakinan demi keuntungan sendiri,” ujar Thein.
Thein menekankan sama sekali tak mendukung penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan suatu masalah. Namun, demi melindungi nyawa dan keselamatan rakyat Myanmar, dia mengaku tak akan ragu bertindak keras. Para perusuh dan penghasut yang tertangkap, menurut Thein, akan dijatuhi hukuman seberat-beratnya. Saat ini otoritas keamanan menyebut telah menangkap 68 perusuh.
Seperti diwartakan, kerusuhan kembali terjadi, dimulai di kota Meikhtila, Myanmar tengah. Kerusuhan dipicu cekcok mulut antarwarga berbeda etnis di sebuah toko emas.Kekerasan yang pecah lalu meluas menjadi aksi pembunuhan, perusakan, dan pembakaran, seperti pernah dua kali terjadi pada tahun lalu di Negara Bagian Rakhine, Myanmar barat.
Sejumlah saksi mata memaparkan, dalam kerusuhan di Meikhtila yang lalu meluas mendekati Yangon, para pelaku tampak sangat terorganisasi.
Sementara itu, pelapor khusus PBB untuk urusan hak asasi manusia di Myanmar, Tomas Ojea Quintana, Kamis, menerima laporan adanya ”keterlibatan negara” dalam berbagai kerusuhan kali ini.
Tomas menyebutkan, dalam banyak kejadian, aparat militer, polisi, dan penegak hukum sipil lain membiarkan saja para perusuh beraksi di depan mata mereka.
Kecaman sama dilontarkan para pemimpin Muslim di Myanmar. Mereka mengecam aparat keamanan yang dinilai selalu gagal mencegah dan bahkan menghentikan kerusuhan.Dewan Urusan Agama Islam dan beberapa kelompok Muslim lain mengirim surat terbuka ke Pemerintah Myanmar.
Mereka meminta para perusuh dan pembakar ditangkap untuk diadili dan dijatuhi hukuman seberat-beratnya. Di kota Yangon, ratusan orang berlatar agama berbeda menggelar aksi keprihatinan.
Salah seorang penyelenggara, Thet Swe Win, meminta semua pihak menghentikan kekerasan yang terbukti telah membuat semua pihak terancam dan serba ketakutan.