Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perekonomian Siprus Masih Tak Menentu

Kompas.com - 26/03/2013, 02:54 WIB

Nikosia, Senin - Warga Siprus akan menghadapi tahun-tahun yang sulit sebagai akibat kesepakatan negara itu dengan pihak kreditor. Bagaimana masa depan keanggotaan negara pulau di Laut Tengah itu di zona euro juga masih belum jelas. Demikian pendapat para analis, Senin (25/3), di Nikosia.

Dalam beberapa pekan ke depan, warga diperkirakan akan kekurangan pangan dan obat-obatan karena pebisnis harus berusaha keras mengatasi kelangkaan dana tunai di perbankan.

Negara mungil itu juga akan menghadapi resesi mendalam dibarengi kenaikan jumlah penganggur. Demikian dikatakan Fiona Mullen, ekonom spesialis Siprus. ”Mereka merasa dikhianati dan saya rasa implikasinya akan panjang,” ujar Mullen.

Mullen memperkirakan, pertumbuhan ekonomi akan minus 15 persen tahun ini dan minus 5 persen tahun depan. ”Tingkat pengangguran saat ini sudah 15 persen. Dengan masalah di (Bank) Laiki saat ini, (pengangguran) akan menjadi 17,5 persen. Dalam tiga bulan menjadi 20 persen dan 26 persen dalam satu tahun,” ujarnya.

”Sulit menyatakan ekonomi Siprus akan membaik,” ujar Neil MacKinnon, ekonom pada VTB Capital di London. Mantan Gubernur Bank Sentral Siprus Afxentis Afxentiou mengatakan, ”Siprus mengalami pukulan besar dan standar kehidupan kita akan menurun. Walaupun perekonomian mungkin dapat membaik dalam 2-3 tahun ke depan, standar kehidupan kita akan pulih setidaknya dalam 10 tahun.”

Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso mengatakan, pemulihan serta restrukturisasi Siprus masih belum pasti. Sulit juga mengatakan pertumbuhan ekonomi akan kembali.

”Saya yakin program ini akan berjalan. Namun sejujurnya, pada saat ini kita tidak dapat mengatakan dengan tepat apa dampak yang akan terjadi. Itu semua tergantung pada implementasi dan komitmen Siprus sendiri,” ujar Barroso.

Sebelumnya diberitakan, Siprus mengakhiri masa ketidakpastian terkait rencana dana talangan Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) setelah tercapai kesepakatan baru.

”Kehancuran karena gagal bayar, yang dapat menyebabkan kita meninggalkan (zona) euro, dapat dihindari,” ujar juru bicara Pemerintah Siprus, Christos Stylianides.

Salah satu isi kesepakatan itu adalah memotong sekitar 30 persen deposito di Bank Siprus yang bernilai di atas 100.000 euro (Rp 1,3 miliar). Deposito di atas 100.000 euro memang tidak mendapatkan penjaminan.

Sementara aset Bank Laiki akan dipisahkan menjadi aset baik dan buruk. Secara bertahap, bank itu akan ditutup. Transisi ini akan didukung dana 9 miliar euro dari Bank Sentral Eropa (ECB).

Bank Siprus juga membatasi penarikan tunai hanya sebesar 100 euro (Rp 1,2 juta) per hari per nasabah. Kantor cabang bank juga belum beroperasi

Investor asing rugi

Moskwa marah dengan skema dana talangan tersebut. Dengan pemangkasan 30 persen, nasabah asing akan merugi besar. Sebagian besar nasabah asing di Siprus adalah Rusia.

”Pencurian terus berlanjut,” ujar Perdana Menteri Dmitry Medvedev. Namun, seperti janjinya, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan untuk mempelajari restrukturisasi utang Siprus dari Rusia sebesar 2,5 miliar euro. Utang ini harus dibayar pada 2016.

Sebaliknya, pasar saham di Asia dan Eropa menguat setelah ada kesepakatan ini. Kurs euro juga menguat. (AP/AFP/Reuters/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com