Kian derasnya arus bantuan militer itu diberitakan harian The New York Times (NYT), Senin (25/3). Harian ini mengutip data lalu lintas udara dan hasil wawancara dengan pejabat serta para komandan oposisi Suriah.
Pengangkutan senjata dengan pesawat udara meningkat tajam, mencakup lebih dari 160 penerbangan kargo militer dari Jordania, Arab Saudi, dan Qatar. Menurut laporan yang diperoleh NYT, pesawat-pesawat itu mendarat di bandar udara Esenboga dekat Ankara dan bandara-bandara lain di Turki dan Jordania.
Para pejabat intelijen AS telah membantu pemerintah negara-negara Arab untuk membeli senjata, termasuk pengadaan senjata dalam jumlah besar dari Kroasia. Mereka juga memeriksa komandan dan menentukan kelompok oposisi mana yang layak menerima senjata saat pesawat kargo tiba.
Turki telah mengawasi banyak program itu dan memperbaiki transponder truk-truk yang mengangkut peralatan militer itu sehingga bisa memonitor pengiriman ketika melewati negara itu. Jumlah peralatan militer yang diangkut dalam 160 penerbangan itu sekitar 3.500 ton.
”Dari perkiraan kasar, penerbangan itu bisa membawa 3.500 ton peralatan militer,” kata Hugh Griffiths dari Stockholm International Peace Research Institute kepada NYT. ”Intensitas dan frekuensi penerbangan itu menunjukkan adanya satu operasi logistik militer bawah tanah yang terkoordinasi.”
Perlawanan bersenjata di Suriah meningkat terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad sejak dua tahun silam. Aksi protes warga yang semula damai berubah menjadi perang saudara.
Laporan NYT tentang keterlibatan CIA ini bukan yang pertama kali. Juni 2012, NYT juga merilis berita bahwa agen CIA telah membantu pengiriman senjata ke pihak oposisi Suriah,
Informasi itu didapatkan dari sumber-sumber intelijen AS dan Arab, yang menyatakan bahwa pengiriman senjata dilakukan lewat operasi terselubung (NYT, 21/6/2012).