Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utusan PBB Tinjau Korban Konflik Meiktila

Kompas.com - 25/03/2013, 02:45 WIB

Meiktila, Minggu - Vijay Nambiar, Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Myanmar, Minggu (24/3), mengunjungi Meiktila, kota yang menjadi pusat konflik komunal di Myanmar tengah. Dia berdialog dengan pengungsi dan menyaksikan puing rumah penduduk dan tempat ibadah yang dibakar pada kerusuhan tiga hari pekan lalu.

Konflik komunal antara etnis beragama Buddha dan Muslim di Meiktila menewaskan 32 orang. Sebanyak 9.000 orang mengungsi. Militer sempat memberlakukan jam malam di kota itu. Inilah konflik terbesar sejak pertikaian serupa terjadi antara etnis Arakan dan Rohingya, di Myanmar barat, tahun lalu, yang menewaskan 180 orang dan lebih dari 110.000 orang mengungsi.

Seusai meninjau tenda pengungsi dari dua kelompok yang bertikai, Nambiar mengungkapkan rasa turut berbela sungkawa atas kematian warga dari kedua pihak. Dia prihatin atas kerusakan yang dialami warga dan menegaskan bahwa para korban konflik ingin cepat memperbaiki kembali tempat tinggal mereka.

”Apa yang saya saksikan adalah kesedihan dan tragedi besar. Sedikit ada kebencian dan bahwa warga bertekad menata kembali kehidupan mereka,” katanya kepada wartawan, sembari menambahkan beberapa penduduk lokal menuding orang-orang luar tidak dikenal telah menghasut warga untuk terlibat bentrokan.

Nambiar mengunjungi sekolah dan biara-biara yang digunakan sebagai tempat penampungan sementara setelah sebagian kota hancur. Dia juga mengunjungi stadion olahraga yang menampung 1.000 pengungsi. ”Kami bersiap membantu sebisa mungkin menyalurkan bantuan kemanusiaan,” kata Nambiar.

Pada Jumat, sebelum bertolak ke Meiktila, Nambiar mendesak para pemimpin agama menyerukan umat mereka agar menghentikan aksi kekerasan. Warga agar diajak menghormati hukum dan terus meningkatkan usaha perdamaian.

Sejak Sabtu, 50 truk militer dikerahkan ke Meiktila dan sekitarnya. Militer dibantu warga membersihkan puing-puing bangunan, baik rumah warga maupun tempat ibadah, setelah konflik selama tiga hari antara Rabu, Kamis, dan Jumat.

Cinta dan kebaikan

Sementara pemimpin Buddha dan Muslim berbicara secara terbuka untuk pertama kali sejak kekerasan dimulai Rabu lalu. Mereka mendesak warga menghormati hukum dan memelihara harmoni di masyarakat dengan ”cinta dan kebaikan”.

Organisasi Lintas Agama, yang juga mewakili Hindu dan Kristen, meminta pemerintah melindungi masyarakat di Meiktila, 130 kilometer utara Naypyidaw, ibu kota Myanmar. Kota itu diawasi ketat oleh militer bersenjata lengkap pada Minggu.

”Situasi sudah lebih tenang hari ini. Warga sudah terlihat lalu lalang di jalanan. Namun, kami tetap melakukan pengamanan swakarsa atas lingkungan kami, khususnya waktu malam,” kata seorang warga. ”Kami juga mendengar banyak isu, tetapi kami tak tahu apa yang mungkin terjadi setelah itu,” katanya. (AFP/AP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com