Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musharraf Diancam Dibunuh

Kompas.com - 25/03/2013, 02:43 WIB

dubai, minggu - Mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf memenuhi janjinya untuk pulang dengan mendarat di Karachi, Minggu (24/3) petang. Kepulangannya berisiko karena selain bakal dituntut secara hukum terkait pembunuhan Benazir Bhutto, Musharraf juga diancam hendak dieksekusi Taliban.

Dalam satu jumpa pers di Dubai, Uni Emirat Arab, Sabtu, dia berjanji pulang setelah hidup di pengasingan di London dan Dubai selama 4,5 tahun. Setelah mendarat di Karachi, Musharraf disambut sekitar 1.000 pendukung partai politiknya, Liga Muslim Seluruh Pakistan. Massa menabuh drum, menabur mawar, dan melambaikan bendera hijau serta gambar wajah Musharraf dan pendiri Pakistan, Muhammad Ali Jinnah.

Penerbangan dari Dubai ke kota pelabuhan Karachi di Pakistan selatan adalah langkah awal dari misi membangun kembali citra politiknya. Dia bertekad bertarung dalam pemilu parlemen pada 11 Mei mendatang.

Kehadiran Musharraf dapat memicu polarisasi politik dalam menghadapi pemilu. Berbicara menantang di depan pendukungnya, Musharraf mengatakan, kepulangannya adalah bukti dia tidak takut hukum dan ancaman Taliban. Dia berlalu dari bandara dikawal ketat aparat keamanan.

Diancam Taliban

Beberapa jam setelah jumpa pers di Dubai, Taliban Pakistan merilis video berisi rencana pembunuhan Musharraf. Milisi menyiapkan regu pembunuh yang akan menyerang dengan bom bunuh diri dan penembak jitu untuk menghabisi Musharraf.

Satu dari dua tokoh Taliban yang mengancam lewat video itu ialah Adnan Rashid, mantan perwira Angkatan Udara Pakistan. Rashid pernah dibui karena tersangkut penyerangan atas Musharraf pada tahun 2003. Tahun lalu, Taliban menyerang penjara Bannu dan membebaskan Rashid bersama 400 milisi lain.

”Para mujahidin Islam sudah menyiapkan regu pembunuh untuk menyeret Pervez Musharraf ke neraka,” kata Rashid di depan sebuah regu terdiri dari 20 milisi yang memegang senapan laras panjang. ”Kami memperingatkan Anda agar menyerahkan diri kepada kami. Jika tidak, kami akan menyerang Anda dari sisi yang tidak terduga,” kata Rashid.

Buntut serangan 11 September 2001, Musharraf berada di bawah tekanan kuat AS agar mendukung perang dan memutus hubungan dengan Taliban. Dia pun menuruti tekanan Washington itu. Taliban, seperti juga warga Pakistan lain, melihatnya sebagai pelaksana agenda AS.

Musharraf juga telah dituding Taliban dan kelompok garis keras lain di Pakistan terlibat dalam serangan mematikan di sebuah masjid di pusat kota Islamabad pada 2007. Masjid dijadikan pelindung milisi yang menolak dukungan Pakistan atas perang di Afganistan. Sekitar 102 orang tewas dalam operasi sepekan itu.

Milisi Taliban dua kali mencoba membunuh Musharraf pada Desember 2003 di Rawalpindi, kota kembar Islamabad, tempat markas utama militer Pakistan. Pertama, milisi meletakkan bom di jalan yang akan dilalui rombongan Musharraf.

Usaha pertama itu gagal. Taliban tidak kehilangan akal. Beberapa penyerangan berani mati berusaha menyerang konvoi kendaraannya dengan beberapa kendaraan yang dilengkapi bahan peledak. Saat itu Presiden Musharraf lolos, tetapi 16 anggota rombongannya tewas. Rashid ditangkap terkait kasus itu.

Terkait Bhutto

Musharraf memangku jabatan presiden dalam kudeta pada tahun 1999. Dia mengundurkan diri dari jabatannya pada tahun 2008 setelah para sekutunya kalah dan pemerintah baru mengancam memecatnya. Setahun kemudian, dia meninggalkan tanah airnya ke pengasingan di London dan Dubai.

Setelah kekuasaannya surut, Musharraf menghadapi tuntutan hukum karena diduga terlibat konspirasi pembunuhan mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto pada tahun 2007. Dia juga diduga terlibat pembunuhan Akbar Bugti, pemimpin separatis Baluch. Musharraf menyangkal tuduhan itu. (AP/REUTERS/AFP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com