Harian itu, yang mengutip seorang mantan pejabat AS yang tak ingin disebut namanya, menulis bahwa upaya CIA ini menunjukkan perubahan pendekatan yang dilakukan pemerintah AS untuk memperkuat kelompok oposisi yang berhaluan sekuler.
CIA bahkan sudah mengirim sejumlah agennya ke Turki untuk membantu menyalurkan senjata bantuan yang diperoleh dari sejumlah negara kawasan Teluk.
Namun, pemerintah AS dalam pernyataan resminya khawatir senjata bantuan itu justru akan jatuh ke tangan kelompok pemberontak yang berhaluan Islam radikal.
Berdasarka laporan itu, Barat lebih memilih beraliansi dengan Pasukan Pembebasan Suriah (FPA), yang mendukung kelompok payung Koalisi Oposisi Suriah.
Para komandan oposisi Suriah mengatakan CIA bersama intelijen Inggris, Perancis dan Jordania bekerja sama melatih para pemberontak untuk menggunakan berbagai jenis senjata.
Langkah CIA ini diambil setelah Front Al-Nusra, kelompok oposisi yang diduga terkait kelompok Al Qaeda, semakin memperkuat tali kerja sama dengan kelompok Al Qaeda di Pakistan.
Meski CIA sudah membantu pemberontak Suriah, tetapi hal itu tidak akan mengubah kebijakan pemerintah AS yang menentang penggunakan opsi militer di Suriah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.