Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bush, Perang Itu Menyakitkan!

Kompas.com - 21/03/2013, 08:08 WIB

Menjelang invasi Amerika Serikat terhadap Irak pada 20 Maret 2003 waktu Jakarta, sangat marak isu tentang keberadaan senjata pemusnah massal (WMD).

Almarhum Presiden Irak Saddam Hussein dicitrakan sedemikian rupa bahwa dia begitu membahayakan bagi warganya dan seluruh dunia.

Ada banyak kampanye negatif tentang Saddam, seperti peristiwa pembantaian warga Kurdi yang dianggap tidak setia kepada dirinya.

Ada pembunuhan dengan senjata kimia terhadap warga Irak yang terjadi atas perintah si Chemical Ali, julukan bagi Ali Hassan Abd al-Majid al-Tikriti, Menteri Pertahanan Irak, Komandan Militer, dan Kepala Intelijen Irak di bawah Saddam.

Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush juga mengampanyekan tentang Irak yang harus menjadi negara demokrasi. Dia juga sering menekankan Saddam sebagai bagian dari poros kejahatan (axis of evil) sehingga harus dicegah.

Menteri luar negeri (menlu) AS waktu itu, Colin Powell, juga melakukan kampanye di Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang potensi bahaya WMD Irak. Kita semua tahu, senjata semacam itu tidak pernah ditemukan di Irak hingga detik ini.

Dengan kampanye yang dilakukan secara saksama itu, jadilah invasi dilakukan dengan hanya dukungan 35 negara. Motor utama di Irak adalah AS dan Inggris, saat Inggris dipimpin Perdana Menteri Tony Blair.

Sebelum serangan pertama terhadap Irak dilancarkan sepuluh tahun lalu, jelas terlihat adanya ketidaksesuaian trans-Atlantik soal invasi.

Presiden Perancis saat itu, Jacques Chirac, dan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder tidak sejalan dengan Bush-Blair. ”Bush tidak berbicara tentang sebuah kebenaran,” demikian kata Schroeder di situs majalah Der Spiegel, yang dikutip CNN pada 10 November 2010.

Tidak berdasar

Menlu Jerman saat itu, Joschka Fischer, menyerang Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld. Fischer menyatakan, adalah persoalan AS sendiri jika itu berurusan dengan Irak. ”Tidak mungkin kami begitu saja mengampanyekan (perang) kepada para konstituen kami,” kata Fischer, yang menolak sebuah perang yang tidak berdasar.

Takhta Suci Vatikan pun dengan jelas menolak invasi ke Irak.

Ada serangkaian kampanye global menjelang invasi, antara lain dengan pajangan spanduk ”no blood for oil”. Publik dunia saat itu mencurigai alasan di balik invasi AS adalah mencari keuntungan dari kandungan minyak di Irak.

Ada seorang pakar Inggris bernama Dr David Kelly yang terkenal terkait invasi Irak. Dia mencoba membongkar kebohongan di balik alasan Inggris mendukung invasi.

Salah satu yang dicoba dibeberkan adalah dasar kampanye WMD Irak, yang ternyata bahan-bahannya diambil dari sebuah disertasi mahasiswa Irak yang belajar di AS.

Kelly kelak meninggal misterius. Norman Baker, anggota parlemen Inggris, di situs The Daily Mail Inggris pada 20 Oktober 2007 menyatakan, Kelly dibunuh untuk membungkamnya.

Inilah berbagai keanehan dan kejanggalan menjelang invasi.

Namun, bukan Bush jika dia tidak melanjutkan niatnya. Invasi pun terjadi.

Agak mengherankan memang, bagaimana setelah invasi sama sekali tidak ada perlawanan berarti dari pasukan Irak saat itu. Tidak ada pula kekhawatiran tentang aksi penyebaran senjata kimia.

Ini diinterpretasikan bahwa Irak bukan negara berbahaya dari segi persenjataan walau Saddam kerap bereaksi dengan menyatakan bahwa musuh akan disergap.

Pada 1 Mei 2003, Bush menyatakan ”mission accomplished”—misi perang telah tercapai—dalam sebuah pidato di geladak kapal induk USS Abraham Lincoln. Perang apa yang telah usai? Irak yang sudah sengsara akibat sanksi ekonomi PBB bertahun-tahun tidak tambah bahagia seusai invasi.

Jutaan orang meninggal, jutaan orang mengungsi, dan jutaan warga sengsara. Irak bahkan menjadi negara yang tidak aman bagi warga Irak sendiri. AS tidak sukses menciptakan Irak meraih status negara ”Seribu Satu Malam”. Karena itu, tidak heran jika Bush oleh banyak pihak dicoba disetarakan sebagai penjahat perang.(SIMON SARAGIH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com