Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja Jordania Kritik Para Pemimpin

Kompas.com - 21/03/2013, 03:28 WIB

AMMAN, SELASA - Raja Jordania Abdullah II melontarkan sejumlah kritik terhadap para pemimpin negara-negara Timur Tengah, terutama Presiden Mesir Muhammad Mursi dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan.

Dalam sebuah wawancara yang dimuat majalah AS, The Atlantic, Selasa (19/3), Raja Abdullah menyebut Mursi terlalu ”dangkal” dalam membaca konflik Palestina-Israel. Sementara Erdogan dia sebut sebagai orang yang memandang demokrasi sekadar sebagai ”bus tumpangan” untuk membawanya ke tempat yang ingin dia tuju.

Dalam laporan yang ditulis wartawan The Atlantic, Jeffrey Goldberg, tersebut, Abdullah dikutip mengatakan, ”Erdogan suatu saat pernah berkata, demokrasi baginya adalah bus tumpangan. ’Begitu saya sampai ke tempat tujuan, saya turun’.”

Abdullah juga digambarkan sama sekali tidak terkesan dengan Presiden Mursi dari Mesir. Dalam pertemuan keduanya di Riyadh, Arab Saudi, beberapa waktu lalu, Abdullah dan Mursi mendiskusikan peranan Hamas dalam konflik Palestina-Israel. ”Dia benar-benar dangkal,” ujar Abdullah.

Menurut Abdullah, ia berusaha menjelaskan kepada Mursi soal bagaimana berurusan dengan Hamas agar proses perdamaian Palestina-Israel bisa bergerak maju. ”Dan dia hanya berkata, ’Israel tidak akan mau (melanjutkan proses perdamaian).’ Saya bilang, ’Begini, Israel mau atau tidak, yang penting bagaimana kita menyatukan Fatah dan Hamas’,” tutur Raja Jordania itu.

Fatah dan Hamas adalah dua faksi yang bertikai di dalam negeri Palestina. Fatah menguasai wilayah Tepi Barat, sementara Hamas menguasai Jalur Gaza.

Abdullah juga menuturkan cerita yang menggambarkan Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai orang udik yang bahkan tidak tahu arti istilah ”jet lag”.

Pada bagian lain wawancara tersebut, Abdullah juga menganggap negara-negara sekutunya dari Barat terlalu naif dalam melihat kebangkitan Ikhwanul Muslimin (IM) di Timur Tengah. Menurut dia, IM adalah ”serigala berbulu domba” yang berniat menyebarkan ajaran radikal ke seluruh Timur Tengah.

Di luar konteks

Pihak Istana Kerajaan Jordania di Amman langsung berkomentar soal artikel di majalah tersebut. Dalam pernyataan resmi, istana menyebut laporan di The Atlantic itu ”mengandung banyak kesalahan dan sejumlah pernyataan Raja (Abdullah) telah diambil keluar dari konteksnya”.

”Penulis (laporan) itu merefleksikan analisisnya sendiri, mengutip pernyataan-pernyataan Raja secara tidak akurat dan tidak jujur,” ucap isi pernyataan pihak istana.

Sementara itu, dalam wawancara terpisah dengan kantor berita Associated Press, Abdullah menyatakan, posisi Presiden Assad di Suriah sudah tak bisa diselamatkan lagi dan tinggal menunggu waktu sampai rezimnya jatuh.

Dia juga mengingatkan, hal paling mengkhawatirkan dari konflik berkepanjangan di negara tetangganya itu adalah keberadaan stok senjata kimia dan munculnya kelompok ekstremis dalam perang saudara di Suriah. Selain itu, Abdullah juga menyerukan agar dunia membantu negaranya mengurusi para pengungsi dari Suriah. (AFP/AP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com