Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/03/2013, 07:42 WIB
EditorEgidius Patnistik

WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Lawatan Presiden Obama ke Timur Tengah terutama adalah untuk menemukan cara mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina. Namun, perang di Suriah –ketika Israel telah meningkatkan keprihatinan akan keterlibatan Iran dan memuncaknya desakan untuk mempersenjatai para gerilyawan Suriah– merupakan isu-isu yang tampaknya akan dibahas dalam lawatan Obama tersebut.

Dengan pasukan Assad yang masih menguasai wilayah udara Suriah, para gerilyawan ingin Amerika memberi mereka senjata yang menurut mereka dibutuhkan untuk mengakhiri pertempuran tersebut.

Salim Iddris, salah satu anggota laskar pembebasan Suriah mengatakan, “Ketika Amerika menolak memberi senjata, kami tidak memiliki kapasitas untuk membela keluarga kami dan pembunuhan akan terus berlanjut”.

Namun, mempersenjatai pesaing Presiden Assad menimbulkan risiko tersendiri, demikian ujar Steve Heydemann, analis di Institut Perdamaian Amerika.

“Masih terus ada keprihatinan tentang risiko politik yang ada jika kita sekarang –atau bahkan 20 tahun dari sekarang– tahu bahwa senjata-senjata yang disediakan Amerika justru memainkan peran dalam serangan atas warga Amerika sendiri,” kata Heydemann.

Israel juga prihatin tentang mempersenjatai gerilyawan Suriah.

Meskipun Suriah –di bawah kepemimpinan Bashar Al-Assad– telah menjadi sekutu Iran dan Hezbollah di Lebanon, perbatasan Israel dan Suriah selama bertahun-tahun tetap tenang.

Heydemann menambahkan, “Ada keprihatinan di Israel –misalnya soal pengiriman senjata kepada kelompok oposisi Suriah– akan mempersenjatai kelompok itu, yang pada suatu saat mereka gunakan terhadap Israel. Ada keprihatinan jika poros Iran-Suriah-Hezbollah bubar, maka Iran akan merasa lebih terancam dan cenderung mendorong program nuklirnya lebih cepat menuju kapabilitas senjata-nuklir”.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak percaya sanksi-sanksi yang dipimpin Amerika akan mengakhiri ancaman nuklir Iran. Washington tampaknya tidak memiliki pengaruh atas Presiden Mahmoud Ahmadinejad, ujar Profesor Ruth Wedgwood dari Universitas John Hopkins.

“Beberapa mungkin karena Ahmadinejad sedang berusaha meningkatkan pertumbuhan nasional karena ia sendiri –di dalam Iran– tidak terlalu disukai. Namun, tampaknya Amerika tidak punya pengaruh apapun,” papar Wedgwood.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Verifikasi akun KG Media ID
    Verifikasi akun KG Media ID

    Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

    Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com