Pada pidato pertamanya sebagai kepala negara, Xi menyerukan agar ada kesadaran untuk terus merealisasikan era renaisans bangsa China dan impian China. Dia juga mengungkapkan visinya untuk membentuk militer yang kuat dan taraf hidup rakyat yang lebih tinggi.
Pidato sepanjang 25 menit itu menandai penutupan Kongres Rakyat Nasional (KRN) China, yang mengangkat Xi dan Li resmi menjadi presiden dan perdana menteri (PM) China.
Xi juga bertekad membuat pemerintahan yang lebih bersih dan lebih efisien. ”Kita harus menolak formalitas, birokrasi, hedonisme, dan kemewahan serta terus melawan korupsi dan tindakan buruk lainnya,” ujar Xi di hadapan sekitar 3.000 kader Partai Komunis China (PKC), di Balai Agung Rakyat di Beijing.
Baik Xi maupun Li tetap berpegang teguh pada konsensus lama yang dipegang PKC, yaitu perlunya reformasi ekonomi untuk mendapatkan pertumbuhan yang berkesinambungan. Mereka juga bertekad meningkatkan kekuatan militer dan menghindari perubahan politik yang dapat mengancam kekuatan partai.
Para analis mengatakan, konsep tentang renaisans besar merupakan slogan yang dirancang untuk didengungkan tanpa ada komitmen kuat dan spesifik tentang langkah reformasi apa yang akan dilakukan.
Xi menyerukan kepada militer agar memperkuat kemampuan mereka untuk memenangi pertempuran. Belakangan ini, Beijing bersengketa dengan Jepang karena persoalan teritorial.
Selain itu, China juga bersengketa dengan beberapa negara ASEAN karena klaim perbatasan di Laut China Selatan. Tensi dengan AS juga meningkat setelah ada laporan serangan siber yang dilancarkan kalangan militer.
Dalam jumpa pers pertamanya, PM Li Keqiang tidak terlalu membesarkan sejumlah perselisihan dengan negara lain tersebut. Dia mengatakan, Beijing tidak akan mencari kekuasaan seiring dengan makin besarnya kekuatannya.