Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perangai dan Kalimat Paus Fransiskus

Kompas.com - 17/03/2013, 10:01 WIB
Simon Saragih

Penulis

Gereja yang miskin, dalam hal ini kemungkinan merupakan penekannya tentang prioritas pendalam kehidupan spiritual. Namun dia tidak menjelaskan tuduhan terkait "Dirty War" di Argentina selama rezim kediktatoran Argentina (1976-1983).

Jorge Mario Bergoglio, kini Paus Fransiskus, pernah dituduh terlibat atau setidaknya berdiam diri, saat dua pastor Jesuit ditahan rezim. Namun dalam penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa Bergoglio mendekati rezim agar dua Jesuit itu dibebaskan, dan lima bulan kemudian mereka memang dibebaskan. Dua Jesuit ini terlibat kegiatan sebagai aktivis sosial saat itu.

Paus Fransiskus menjelaskan suasana emosional pada momen pemilihannya pada hari Rabu (13/3/2013) lalu. Ini sesuatu yang juga unik dari seorang Paus baru. Dia tidak beku dengan nuansa kerahasiaan, yang biasanya hanya tersimpan di dalam Vatikan sendiri. Dia menjelaskan ketika para kardinal memilihnya.

Saat itu dia duduk di dekat Kardinal Brazil Claudio Hummes (78). Kardinal Hummes menyemangatinya saat jelas bahwa Bergoglio terpilih sebagai Paus ke-266. Fransiskus mengatakan dia sempat "deg-degan", ketika suara sudah terpenuhi untuk pemilihannya sebagai Paus baru.

"Dia memeluk saya dan mencium saya, seraya mengatakan agar saya jangan melupakan kaum papa. Dan kalimat itu tertanam di sini," kata Paus Fransiskus menunjuk kepalanya.

"Saya langsung terpikir akan Fransiskus Asisi, seorang yang hidup dina, pencinta perdamaian, dan mencintai semua ciptaan (lingkungan hidup). Sekarang hubungan kita dengan lingkungan sedang tidak berjalan baik," katanya.

Dia juga mengingat Fransiskus Asisi akan perang, yang pernah dia tinggalkan dan memilih perdamaian.

Para kardinal sempat bertanya, apakah nama Fransiskus yang dia pakai merujuk pada Santo Fransiskus de Sales (1567-1622). Nama ini pernah menjabat sebagai uskup di Geneva, Swiss. Di masa hidupnya dia gencar mendorong kembalinya pemeluk Protestan ke Katolik, yang ditinggalkan karena krisis di kepausan. De Sales adalah orang yang ingin memperbaiki gereja dari dalam.

Dia juga ditanyai, apakah namanya merujuk pada salah satu pendiri Ordo Jesuit, asal Ordonya, Fransiskus Xaverius (1506-1552). Ada canda dari sejumlah kardinal yang menyarankan penggunaan nama sebagai Hadrian VI, meniru seorang Paus tokoh reformis gereja, sebagai kebutuhan akan perlunya pembersihan sedikit keadaan acak-acakan di birokrasi Vatikan.

Beberapa menyarankan dia menggunakan saja nama sebagai Paus Klemen XV, melanjutkan nama Paus Klemen XIV, yang pernah menekan Ordo Jesuit pada tahun 1773.

Dia mengklarifikasi bahwa nama yang dia usung adalah Fransiskus Asisi. Almarhum Paus Yohanes Paulus II sendiri pernah menyatakan, Santo Fransiskus Asisi sebagai ikon pencinta lingkungan hidup. Fransiskus Asisi adalah orang yang hidup miskin dan meninggalkan keluarganya yang kaya-raya demi ketuhanan.

Dalam perkembangan lain, Vatikan pada hari Sabtu kemarin menyatakan untuk sementara Paus Fransiskus telah mengganti semua Kuria Roma, komposisi hierarki di Tahta Suci Vatikan, yang mendapatkan banyak kritikan. "Bapak Suci menginginkan masa refleksi, doa, dan dialog sebelum nominasi dan konfirmasi definitif berlangsung kelak," demikian pernyataan Vatikan.

Marco Politi, seorang analis dan penulis biografi Paus Emeritus Benediktus XVI, mengatakan, adalah sesuatu yang jelas bahwa Paus Fransiskus, pemilik kekuasaan absolut, ingin memimpin dengan gaya merangkul dan bahu membahu bersama para petinggi gereja.

"Gereja akan dipimpin Paus bersama dengan para uskup. Ini yang akan kita lihat dalam bulan-bulan dan tahun-tahun ke depan," kata Politi, yang mengindikasikan kepausan sekarang akan membuka ruang konsultasi dan dialog.

Dalam bahasa Italia yang unik, dia meminta para pemimpin Katolik memancarkan kemuliaan dan melakukan pembaruan spiritual gereja hingga akhir hayat, atau berisiko menjadi tidak lebih dari sekadar sebuah karitas tanpa fondasi spiritual. Gereja telah ditandai dengan sejumlah skandal yang dilakukan oknum-oknum gereja. Makin banyak fenomena penurunan spiritual di internal dan juga di kalangan umatnya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com