Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perangai dan Kalimat Paus Fransiskus

Kompas.com - 17/03/2013, 10:01 WIB
Simon Saragih

Penulis

KOMPAS.com - Dia ke resepsionis Hotel Casa Martha membayar sendiri biaya menginap, Kamis (14/3/2013), sehari setelah terpilih sebagai Paus. Dia memakai sepatu biasa dan jam biasa. Dia naik bus mini menuju makan malam bersama para kardinal yang memilihnya.

Paus Fransiskus dengan afeksi menyapa mereka. "Siapa yang bikin proses konklaf lama? Kiranya Tuhan memaafkan semua yang bikin kita capek. Malam ini saya ingin tidur tenang, dan firasat saya berkata kalian juga ingin tidur pulas sekarang kan?" seperti dikutip harian AS, The New York Times, edisi Jumat (15/3/2013).

Kardinal New York, Timothy Dolan, mengenang perbincangan itu untuk menggambarkan suasana seorang Paus yang menyenangkan.

Pada sebuah institusi kuno (lama), gaya khusus dan unik sering ditampilkan ke permukaan. Ada nuansa aristokratis dan elitis. Paus Emeritus Benediktus XVI (85), adalah seorang teolog yang memiliki rasa pada karpet merah, jubah kemegahan, dan homili bernuansa pemahaman tinggi pada teologi. Ini seperti menghidupkan selera kepausan dari abad-abad silam.

Paus Fransiskus sebaliknya, mengirimkan pesan kesahajaan. "Ini mengindikasikan di atas segalanya sebuah gaya gereja: kesederhanaan, kemiskinan dan kekukuhan," kata Pastor Antonio Spadaro, editor dari La Civilta, sebuah jurnal Jesuit yang dengan Kementerian Luar Negeri Vatikan.

Pada Kamis pagi setelah terpilih, Paus Fransiskus beranjak dari Vatikan dan secara pribadi berdoa pada Bunda Maria di Santa Maria Maggiore, sebuah basilika Romawi yang diperuntukkan pada Bunda Maria. Dia tentu juga berdoa di Kapel Santo Ignasius Loyola (1491-1556), pendiri Jesuit.

Pada hari itu, Kardinal Jean-Pierre Ricard (68), Uskup Agung Bordeaux, Perancis, mengenang tindakan Paus baru setelah menyapa masa dari balkon Basilika Santo Petrus. Dia beranjak bersama pada kardinal menuju tempat tinggal selama konklaf, Hotel Santa Martha.

"Ketika dia beranjak bersama kami ke Santa Martha, para staf menyuruh kami minggir, karena biasanya Paus menuruni lantai sendirian lewat lift. Akan tetapi dia bilang, 'Tidak, tidak, kita semua bisa turun bersama'. Jadi kami semua masuk ke dalam lift bersamanya."

"Ketika kami sudah tiba di lantai dasar, dia pun tidak mau terpisah. Mobil kepausan telah menantinya. 'Tidak, kita berangkat bersama-sama saja'. Lagi-lagi duduklah dia bersama kami di dalam sebuah bus. Mobil kepausan pun kosong. Saya kira inilah gaya Paus baru kita," kata Ricard.

Dalam homili saat misa di Kapel Sistine dengan para kardinal yang memilihnya pada hari Kamis, Fransiskus berbicara tentang keperluan pembangunan iman seperti cara Rasul Petrus membangun gereja di atas batu padas. "Jika kita tidak beranjak maju, berarti kita telah kaku," katanya, yang membuat para kardinal terperangah.

"Jika membangun rumah tidak di atas batu padas, hal yang terjadi serupa saja dengan anak-anak di pantai yang membentuk rumah-rumah di atas pasir. Semuanya ambruk," kata Fransiskus.

Kardinal Philippe Barbarin (62) dari Lyon, Perancis, mengenang Kardinal Bergoglio, kini menjabat Paus, saat ditanya mengapa tidak hadir bersama yang lain di Roma, saat Paus Benediktus XVI mengangkat sejumlah kardinal pada Desember 2012.

"Dia mengatakan Argentina sedang bergolak. Dia ingin tetap di sana, karena tidak tega meninggalkan negaranya. Bagi saya, ini adalah sebuah tindakan berarti. Dia ingin bersama umatnya," kata Kardinal dari Lyon ini.

Pada hari Sabtu (16/3/2013), dia berbicara dengan pada wartawan dari penjuru dunia. Dia menemui para wartawan dengan sambutan hangat. Ini kontras dengan citra Vatikan bernuansa "power" (kekuasaan). Dia senyum menyambut 3.000 wartawan dan hadirin lainnya di Vatikan. Dia menegaskan, agar gereja diperuntukkan bagi kaum pada.

Dia menjelaskan alasan mengapa memilih nama sebagai Paus Fransiskus. Ini karena dia terinspirasi oleh Fransiskus Asisi (1181-1226), seorang rohaniwan Italia abad pertengahan yang hidup miskin dan pendamba perdamaian. "Saya menginginkan gereja yang miskin menjadi milik orang miskin," katanya, dengan kalimat sarat makna sebagaimana diberitakan kantor berita Agence France Presse.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com