Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peretasan Marak, AS dan China Saling Tuding

Kompas.com - 13/03/2013, 15:32 WIB

SHUTTERSTOCK Ilustrasi Peretas

KOMPAS.com - Hubungan antara Amerika Serikat dan China memanas dalam beberapa bulan terakhir terkait keamanan internet. AS menuding China berada di balik aksi peretasan ke situs web pemerintahan dan perusahaan. China tak terima atas tuduhan itu.

Sebuah perusahaan keamanan internet AS bulan Februari mengatakan, ada kemungkinan unit militer rahasia China melancarkan serangan siber ke situs web perusahaan AS.

Wakil Komandan Distrik Militer Nanjing, China, Wang Hongguang menyebut AS sebagai "maling yang teriak maling." Tak ada bukti nyata yang menguatkan tuduhan AS. Negeri Tirai Bambu itu akan memperkuat sistem keamanan internet untuk mempertahankan diri.

Para pejabat AS memprediksi, aksi peretasan internet akan jadi masalah yang sulit diselesaikan antara Washington dan Beijing. Karena itulah, keduanya meminta digelar perundingan.

Siap berunding

Penasehat Keamanan Nasional AS Tom Donilon, mengajak China untuk berunding terkait masalah ini. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chuying, menyatakan kesediaannya untuk berunding.

"China bersedia, atas dasar prinsip saling menghormati dan saling percaya untuk berdialog secara konstruktif dan bekerja sama dengan masyarakat internet, termasuk AS, agar menyelesaikan masalah kemanan, keterbukaan, dan ketenangan di internet," kata Chuying seperti dikutip dari Reuters, Rabu (13/3/2013).

Keamanan di internet telah menjadi isu global. Para pejabat China berpendapat, pihaknya juga menjadi sasaran besar peretasan situs web. Dua situs web utama militer China, termasuk Kementerian Pertahanan, tahun 2012 diserang lebih dari 140 ribu kali per bulan.

Pemerintah China mengklaim, hampir dua-pertiga serangan itu berasal dari AS.

Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi, berharap internet tidak dijadikan arena perang dunia maya. "Kami tak ingin mengubah dunia maya menjadi medan lain, atau menggunakan internet sebagai alat baru untuk campur tangan dalam urusan internal negara lain," tegasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com