Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Sosok di Balkon Santo Petrus

Kompas.com - 12/03/2013, 10:11 WIB

ROMA, KOMPAS.com — Kapel Sistina sudah ditata. Pakaian untuk paus yang baru juga telah disiapkan. Kini tinggal para kardinal melaksanakan tugasnya memilih paus.

Pemilihan pemimpin umat Katolik seluruh dunia menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri akan dimulai pada Selasa (12/3/2013) ini. Semuanya akan didahului dengan misa pagi di Basilika St Petrus, Vatikan.

Misa atau ibadah yang terbuka untuk umum ini akan menjadi acara publik terakhir yang menampilkan 115 kardinal. Merekalah yang selanjutnya akan memilih "gembala" baru bagi 1,2 miliar umat Katolik.

Setelah misa, para kardinal akan berjalan ke Kapel Sistina sambil melantunkan doa-doa untuk memulai pemilihan rahasia yang disebut konklaf.

Begitu pintu kapel ditutup, satu-satunya petunjuk mengenai apa yang terjadi di dalam adalah kepulan asap dari cerobong tembaga yang terpasang di Kapel Sistine.

Bila asap hitam yang mengepul, berarti paus baru belum terpilih. Jika asap putih yang berembus, pertanda umat Katolik telah memiliki pemimpin baru.

Kota Roma sendiri sejak Senin telah diramaikan sekitar 5.600 wartawan yang berniat meliput konklaf. Salah satu hal yang ditunggu adalah tampilnya paus terpilih di balkon utama Santo Petrus, yang didahului dengan pembentangan tirai berwarna merah.

Dalam video yang dirilis Vatikan, diperlihatkan bahwa dua perapian telah dipasang dalam kapel. Salah satunya akan digunakan untuk membakar surat suara para kardinal setelah melakukan pemilihan, dan perapian yang lain dipakai untuk mengirim sinyal asap ke luar kapel—sebagai penanda pada dunia bahwa suara telah diambil dan apakah telah ada paus terpilih atau belum.

Kapan kita akan melihat asap yang pertama, tak seorang pun tahu.

Para kardinal mungkin akan melakukan pemilihan Selasa, tetapi mungkin juga tidak, karena tidak ada peraturan yang mengharuskan begitu, ujar juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, Senin.

Jika para kardinal langsung mengambil suara, asap pertama mungkin terlihat pada Selasa sekitar pukul 20.00 waktu setempat, atau Rabu pukul 02.00 dini hari waktu Indonesia bagian barat.

Saat para kardinal memilih Paus Benediktus pada tahun 2005, sinyal asap putih muncul sekitar enam jam setelah pemungutan suara awal yang tidak menghasilkan kesepakatan.

Waktu itu, Paus Benediktus membutuhkan waktu sekitar 50 menit untuk berpakaian, berdoa, dan akhirnya muncul di balkon Santo Petrus. Sedangkan konklaf terlama sejak pergantian abad ke-20 berlangsung lima hari.

Nah, prosesi serupa akan terulang dalam urutan sama mulai Selasa ini. Semua orang bertanya-tanya siapakah yang akan muncul di balkon Basilika Santo Petrus kelak.

Walau para kardinal tidak memilih paus berdasarkan kewarganegaraan, tetapi pers Italia dipenuhi spekulasi tentang siapa kardinal yang dapat memenangi dukungan cukup dari rekan-rekannya.

Muncul juga perhitungan yang menyebutkan bahwa Amerika Serikat memiliki 11 dari 115 kardinal yang memilih, menjadikannya negara kedua terbesar setelah Italia dalam hal jumlah kardinal peserta konklaf.

Meski begitu, sejarah membuktikan jumlah kardinal peserta konklaf bukanlah penentu dari mana paus baru akan terpilih. Hal ini terjadi dalam pemilihan Paus Johanes Paulus II yang berasal dari Polandia, dan Paus Benediktus yang berasal dari Jerman.

Siapakah paus yang bakal terpilih? Jawaban satu-satunya hanyalah melihat siapa yang akan muncul di balkon Santo Petrus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com