Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Paus Baru adalah Paus Terakhir?

Kompas.com - 11/03/2013, 20:09 WIB

ROMA, KOMPAS.com — Pada Selasa (12/3/2013), para kardinal dari seluruh dunia akan memulai sidang konklaf di Kapel Sistine, Vatikan, untuk mencari paus baru pengganti Benediktus XVI yang mengundurkan diri.

Saat 1,2 miliar umat Katolik menunggu pemimpin baru mereka, sebuah ramalan kuno menyatakan bahwa paus pengganti Benediktus XVI adalah paus terakhir.

Teori ini bisa dilacak kembali ke masa 900 tahun lalu. Saat itu, di abad ke-12, Kardinal Irlandia, Malachy O'Morgair, mendapatkan sebuah penglihatan.

Legenda mengatakan Santo Malachy, begitu sang kardinal kemudian disebut, mendapatkan penglihatan aneh saat dia berkunjung ke Roma.

Di Roma, Malachy melihat semua nama paus di masa depan—lengkap dengan ciri khas mereka— yang akan memimpin Gereja Katolik hingga akhir zaman.

Ramalan Malachy menyebut Paus Benediktus XVI adalah paus ke-111 atau paus sebelum yang terakhir. Penglihatan Malachy berakhir di paus ke-112.

Dalam buku Life of St Malachy karya St Bernard of Claivaux disebutkan bahwa Malachy adalah seorang peramal terhormat yang bisa memprediksi dengan tepat hari dan jam kematiannya sendiri.

Setidaknya, salah satu paus abad ke-20, Paus Pius X, sangat yakin bahwa ramalan Malachy benar adanya. Setidaknya lagi, begitulah menurut biografi Pius X karya Rafael Merry del Val.

Petrus, Paus Terakhir 

Ramalan ini memicu perdebatan di antara para ahli teologi dan tokoh agama. Mereka menyatakan tidak pernah ada manuskrip otentik terkait ramalan Malachy. Catatan Malachy secara tak terduga ditemukan pada 1590 di antara arsip Vatikan, ratusan tahun setelah Malachy menyampaikan ramalannya.

"Tak ada dasar sejarah apapun terkait daftar ramalan Malachy," kata pakar sejarah Kristen dari Universitas Roma, Roberto Rusconi.

"Satu-satunya bakat Malachy adalah membuat orang lain memercayai prediksinya," lanjut Roberto.

Namun, para pakar lain mencoba membandingkan daftar penglihatan Malachy dengan sejarah.

Paus pertama, menurut daftar itu, berasal dari sebuah instansi di Sungai Tiber. Bagi yang memercayai ramalan ini, kalimat itu merujuk pada Paus Celestine II yang lahir di tepian Sungai Tiber.

Paus Benediktus, dalam daftar itu, digambarkan sebagai "kejayaan dari zaitun (olive)", dan para penggemar teori hari kiamat merujuk ke gelar Benediktus karena pendiri Ordo Benediktine juga dikenal sebagai Olivetan.

Selain itu, dalam ramalan Malachy, paus terakhir digambarkan sebagai "dalam tekanan yang besar, takhta suci Gereja Katolik Roma akan diduduki Peter (Petrus) Si Orang Roma...."

Sementara itu, tak seorang pun kardinal dari Italia yang bergelar Petrus atau Peter. Salah satu kandidat paus adalah Kardinal Peter Turkson dari Ghana.

Ramalan Nostradamus

Jika ramalan Malachy belum cukup, ternyata peramal paling terkenal dalam sejarah, Nostradamus, pada abad ke-16 juga mengeluarkan prediksi yang tak jauh berbeda dengan Malachy.

Nostradamus dalam ramalannya mengatakan, paus sebelum yang terakhir akan "meninggalkan Roma pada Desember di saat sebuah komet terlihat di siang hari".

Setelah beratus tahun berselang, ramalan Nostradamus ternyata tak jauh meleset. Komet ISON, dengan ekor sepanjang 40.000 mil, terlihat beberapa bulan sebelum Paus Benediktus XVI memutuskan untuk mengundurkan diri.

Ramalan itu semakin nyata dengan tanda alam yang sangat jelas. Beberapa jam setelah Benediktus XVI mengumumkan pengunduran dirinya, petir menyambar kubah Basilila Santo Petrus. Beberapa hari kemudian, meteorit jatuh di Rusia.

Namun, di luar tembok Katedral Santo Paulus di Roma, terdapat barisan lencana bertuliskan nama semua paus dan masa pemerintahannya. Legenda mengatakan, jika semua lencana itu sudah penuh, maka dunia akan segera menghadapi kiamat. Nah, dinding Katedral Santo Paulus ternyata masih menyisakan banyak lencana kosong.

Dengan demikian, jika Anda percaya legenda ini, maka akhir zaman tampaknya masih cukup jauh.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com