TEHERAN, KOMPAS.com - Presiden Pakistan, Asif Ali Zardari, dan Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, meresmikan proyek jalur pipa gas antara kedua negara yang kontroversial.
Amerikat Serikat sudah memperingatkan bahwa proyek tersebut bisa melanggar sanksi atas Iran terkait dengan program nuklirnya.
Pemerintah Washington mengatakan pipa akan memungkinkan Iran menjual gasnya sehingga melemahkan upaya untuk meningkatkan tekanan atas Iran.
Pakistan menanggap jalur pipa minyak yang sempat tertunda itu sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan energi sementara Amerika Serikat berpendapat masih ada cara lain untuk mengatasinya.
Pembangunan pipa di wilayah Iran sudah hampir selesai dan acara peresmian Senin 11 Maret menandai dimulainya pembangunan di Pakistan.
Dalam waktu dua tahun mendatang, jalur pipa sepanjang 780 km itu akan selesai menghubungkan kedua negara.
Pembicaraan tentang proyek itu dimulai tahun 1994 dengan tujuan awal membawa gas dari Iran ke India. Namun pada tahun 2009, India memutuskan untuk mundur dari proyek.
Risiko Keamanan
Kekurangan energi merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi Pakistan dan mereka menegaskan tidak akan tunduk pada tekanan dari luar negeri.
Bulan lalu terjadi pemutusan aliran listrik secara nasional di Pakistan yang disebabkan oleh masalah teknis di sebuah pembangkit tenaga listrik di Provinsi Balukistan.
Bagaimanapun padam listik itu mengangkat kembali masalah yang dihadapi.
Kekurangan listrik yang kronis di Pakistan membuat sejumlah wilayah sudah biasa menghadapi padam listrik selama beberapa hari.
Tahun lalu, Menteri Luar Negeri Pakistan, Hina Rabbani Khar, mengatakan pembangunan jalur pipa dengan Iran sebagai kepentingan nasional Iran dan akan diselesaikan 'terlepas dari reaksi internasional'.
Namun wartawan masalah internasional BBC, Mike Wooldridge, mengatakan Pakistan sepenuhnya menyadari bahwa pipa yang melewati Provinsi Balukistan mengandung risiko keamanan.
Kelompok separatis yang memperjuangan otonomi beroperasi di provinsi itu dan sering menjadikan sumber-sumber mineral sebagai sasaran mereka.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.