Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jamalul Kiram: Saya Sultan Termiskin di Dunia

Kompas.com - 08/03/2013, 12:47 WIB

MANILA, KOMPAS.com — Dalam sebulan belakangan ini, nama Jamalul Kiram III, yang mengklaim diri sebagai Sultan Sulu, menjadi populer di Asia Tenggara setelah pengikutnya "menyerbu" Sabah yang diklaim sebagai wilayah sah Kesultanan Sulu.

Namun, banyak yang belum diketahui dari sosok Sultan berusia 74 tahun itu. Bagaimana kesehariannya? Seperti apa bentuk kerajaannya kini?

Nah, jika Anda menyangka sebagai Sultan Sulu Jamalul Kiram tinggal di sebuah keraton, Anda salah. Bahkan, Kiram mengklaim diri sebagai sultan termiskin di dunia.

"Saya sultan termiskin di dunia," kata Kiram kepada kantor berita Associated Press dalam sebuah wawancara di kediamannya di desa Maharlika, Manila.

Pusat pemerintahan Kesultanan Sulu bukan sebuah istana atau setidaknya sebuah gedung mewah. Jamalul Kiram mengendalikan Kesultanan Sulu dari sebuah rumah sederhana berlantai dua di perkampungan Islam di ibu kota Filipina, Manila.

Setelah Kesultanan Sulu ambruk, yang dimiliki keluarga Jamalul Kiram hanyalah gelar kebangsawanan semata.

"Saat saya kecil, saya kira "putri" adalah nama saya. Sebab, menjadi putri dengan mahkota adalah bayangan hampir semua anak-anak. Namun, saya bukan putri yang seperti itu," kata Jacel Kiram (35), putri Jamalul Kiram yang bergelar putri.

Kesultanan Sulu yang pernah jaya

Di kediamannya di desa Maharlika, Jamalul Kiram yang menderita gagal ginjal dan sakit jantung ini dengan susah payah berbicara untuk mengenang kembali kejayaan Kesultanan Sulu yang berpusat di selatan Filipina.

"Orang China dan Eropa, dulu mengirim utusan untuk menghormati leluhur kami," kata Kiram.

"Kesultanan Sulu yang berdiri pada 1400, sudah ada lebih dulu sebelum Filipina dan Malaysia terbentuk," tambah dia.

Selain itu, keberanian para pejuang Tausug asal Sulu sangat melegenda. Bahkan, Sultan Brunei meminta bantuan mereka untuk memadamkan pemberontakan pada 1660-1700-an.

"Setelah pemberontakan padam, Sultan Brunei menyerahkan Sabah kepada Sultan Sulu sebagai tanda terima kasih," papar Kiram.

Seorang Sultan Filipina kemudian menyewakan Sabah kepada sebuah perusahaan Inggris. Di kemudian hari, Inggris memasukkan Sabah ke dalam wilayah jajahannya.

Pada 1963, enam tahun setelah Malaysia merdeka, Sabah memilih bergabung dengan Malaysia yang baru saja merdeka.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com