Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malaysia Ingin Ekstradisi

Kompas.com - 08/03/2013, 02:46 WIB

TAWAU, KOMPAS - Pemerintah Malaysia mempertimbangkan untuk mengekstradisi Sultan Sulu Jamalul Kiram III di Filipina, yang dianggap bertanggung jawab atas penyusupan ratusan pengikutnya ke wilayah Sabah, Malaysia, bulan lalu. Sementara itu, warga negara Indonesia di Sabah masih merasa aman dari dampak konflik.

Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman menegaskan, langkah ekstradisi akan ditempuh jika sistem hukum Filipina tak memungkinkan Kiram ditangkap.

”Dia (Kiram) telah membuat pernyataan yang memicu kemarahan dan kebencian. Apakah Filipina punya aturan hukum untuk itu? Jika tidak, mungkin kami akan meminta Pemerintah Filipina menyerahkan dia ke sini,” ujar Anifah dalam acara di salah satu stasiun televisi Malaysia, Rabu (6/3) malam.

Anifah mengakui, Malaysia tak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Filipina. Namun, dia optimistis hal itu bisa dilakukan di bawah semangat ASEAN. Kedua negara adalah anggota pendiri organisasi regional tersebut.

Situasi di Sabah juga mendapat perhatian Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. Hari Rabu, dalam pernyataan tertulisnya, Ban mendesak semua pihak menghentikan kekerasan dan memulai langkah dialog untuk menyelesaikan masalah.

Ban mengaku prihatin dengan dampak kekacauan terhadap warga sipil sekaligus meminta semua pihak bisa memberikan bantuan kemanusiaan yang diperlukan.

Merasa aman

Sementara itu, tindakan tegas Pemerintah Malaysia dalam menumpas para penyusup, yang mengaku sebagai Tentara Diraja Kesultanan Sulu, telah memberi rasa aman bagi warga setempat dan para pendatang, seperti para tenaga kerja Indonesia (TKI), yang berada di Sabah.

Sakarun, TKI yang bekerja di di dekat lokasi pusat konflik di Kampung Tanduo, mengaku perusahaan tempat dia bekerja dan Pemerintah Malaysia mencukupi semua kebutuhannya dengan baik. ”Jika kondisi tambah kacau, ya saya ingin pulang ke Indonesia. Namun, Malaysia telah mengambil tindakan tegas dan saya merasa lebih aman,” ujar warga asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, itu ketika dihubungi via telepon dari Tawau, Kamis (7/3).

”Pemerintah Malaysia belum memberikan pernyataan tertulis kepada kami agar warga Indonesia berhati-hati. Jadi, dengan kata lain, kondisi keamanan masih bisa ditangani,” ujar Muhammad Soleh, Konsul RI di Tawau, Sabah. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Lukas Adi Prasetya, di Tawau.

Pantauan Kompas di kota Tawau, yang berjarak sekitar 450 kilometer dari pusat konflik di Kampung Tanduo, menunjukkan aktivitas warga berjalan seperti biasa. Toko, perkantoran, sekolah, bengkel, dan pasar tetap buka. Personel militer juga tidak terlihat.

”Kami merasa aman. Tidak ada yang perlu dicemaskan,” ujar salah satu karyawan toko di Tawau yang tidak mau menyebut namanya.

Di lokasi konflik, kontak senjata antara aparat keamanan Malaysia dan para penyusup terus berlangsung hingga Kamis.

Gencatan senjata

Kepala Kepolisian Malaysia Ismail Omar menyebutkan bahwa 32 penyusup terbunuh dalam dua kali kontak senjata, sejak Rabu hingga Kamis. Dengan demikian, jumlah korban tewas akibat insiden tak terduga ini telah mencapai 60 orang, yakni 52 penyusup dan 8 polisi Malaysia.

Namun, pernyataan Ismail tersebut dibantah juru bicara Kesultanan Sulu, Abraham Idjirani, di Manila, Filipina. Idjirani mengaku sudah menelepon pemimpin kelompok penyusup itu dan mengatakan tidak ada satu pun anggota mereka yang terbunuh.

Idjirani balik menuduh pasukan Malaysia telah membunuh para penduduk desa biasa.

Di tengah ancaman ekstradisi dari Malaysia dan makin besarnya jumlah korban, Sultan Jamalul Kiram III dikabarkan telah menawarkan gencatan senjata.

”Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa sejak awal Sultan menginginkan masalah ini diselesaikan secara damai,” ujar Idjirani.

Namun, beberapa jam kemudian, tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. Najib justru balik mengancam para penyusup akan dilenyapkan jika tak segera menyerah.

”Kami ingin para milisi itu menyerah tanpa syarat dan menyerahkan semua senjata mereka. Jika tidak, militer Malaysia akan memburu mereka sampai kapan pun untuk melenyapkan mereka,” ujar Najib dalam jumpa pers di perkebunan kelapa sawit Felda Sahabat, tempat konflik terjadi.

Dalam kicauan di akun Twitter-nya, Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengaku tak percaya dengan tawaran gencatan senjata yang diajukan Kiram. Dia juga menulis, demi kepentingan rakyat Sabah dan Malaysia, yang harus dilakukan sekarang adalah melenyapkan semua penyusup itu.

Krisis di Sabah ini bermula dari pendaratan ratusan penyusup asal Filipina selatan di Lahad Datu, Sabah, awal Februari lalu. Mereka hendak menuntut Sabah dikembalikan lagi ke Kesultanan Sulu.(AFP/AP/REUTERS/BBC/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com