Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Mogok Kerja Lumpuhkan Banglades

Kompas.com - 04/03/2013, 14:21 WIB

DHAKA, KOMPAS.com — Ratusan sekolah, pertokoan, dan lokasi bisnis lain di seluruh penjuru Banglades, Senin (4/3/2013), tidak beroperasi dalam aksi mogok kerja massal yang memasuki hari kedua.

Sementara itu, pemerintah mengerahkan lebih banyak lagi polisi untuk meredam aksi kekerasan paling berdarah sejak negeri itu merdeka pada 1971.

Aksi kekerasan sejak Kamis (28/2/2013), menyusul vonis hukuman mati terhadap para petinggi Partai Jamaat-e-Islami itu, telah menewaskan 61 orang.

Meski pada Senin (4/2/2013) tidak dilaporkan pecahnya kerusuhan baru, tetapi polisi memastikan satu orang tewas di Distrik Satkhira, Minggu (3/3/2013), setelah terjadi bentrokan antara pasukan penjaga perbatasan dan pengikut Jamaat-e-Islami.

Selain tak beroperasinya sekolah-sekolah, pertokoan, dan sejumlah kantor pemerintah, jalan raya utama yang menghubungkan Dhaka dan kota terbesar kedua, Chittagong, terlihat lengang. Begitu pula jalan-jalan antar-kota lainnya.

Sebagai bagian dari aksi protes, para pengikut Jamaat-e-Islami juga menutup jalan menuju kawasan wisata populer Cox'x Bazar. Akibatnya, ratusan wisatawan terjebak di kota itu, termasuk wisatawan asing.

Kepala Kepolisian setempat, Azad Miah, mengatakan sejak kerusuhan pecah Kamis lalu, sebanyak 3.000 orang wisatawan sudah meninggalkan kota itu. Sebagian besar menggunakan pesawat terbang. Saat ini, sedikitnya 700 orang wisatawan masih berada di Cox's Bazar.

Pengadilan kejahatan perang mengadili puluhan pimpinan Jamaat-e-Islami dan kelompok oposisi Partai Nasional Banglades, yang membuka luka lama dan membelah kesatuan negeri.

Kelompok oposisi menuding pemerintah membuka pengadilan ini hanya untuk mengejar tokoh-tokoh oposisi yang menentang kebijakan pemerintah.

Pemerintah Banglades, yang mengklaim revolusi 1971 menewaskan tiga juta jiwa, menolak tudingan itu. Pemerintah justru ganti menuding para pemimpin Jamaat adalah kaki tangan Pakistan. Para pemimpin Jamaat ini dianggap milisi yang diduga paling bertanggung jawab atas kejahatan di masa lalu itu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com