Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Assad Siap Dialog dengan Oposisi

Kompas.com - 04/03/2013, 02:34 WIB

Damaskus, Minggu - Presiden Suriah Bashar al-Assad berkeras tidak mau mengundurkan diri. Namun, dia siap bernegosiasi dengan kubu oposisi. Hal itu dia sampaikan dalam video wawancara dengan surat kabar Inggris, Sunday Times, edisi Minggu (3/3).

Assad menawarkan dialog dengan kubu oposisi untuk mengakhiri perang saudara dengan syarat kubu oposisi mau meletakkan senjata. Namun, dia menegaskan hanya akan berbicara dengan ”entitas politik” dan memisahkannya dengan ”teroris bersenjata”.

”Kami siap bernegosiasi dengan semua orang, termasuk kelompok militan yang mau meletakkan senjata. Kami mau berdialog dengan pihak oposisi, tetapi menolak berbicara dengan teroris,” ujarnya dalam wawancara yang dilakukan pekan lalu di kediamannya di Istana Al-Muhajirin, Damaskus.

Tawaran dialog Assad disampaikan saat Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon serta Utusan Khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah Lakhdar Brahimi menyampaikan, keduanya menyiapkan terobosan untuk pembicaraan damai antara Pemerintah Suriah dan kelompok oposisi.

Pernyataan bersama Ban dan Brahimi itu menyebutkan, ”PBB akan memfasilitasi dialog antara delegasi yang mewakili kekuatan oposisi dan delegasi Pemerintah Suriah. Kedua pihak sudah menyampaikan keinginan untuk berdialog.”

Meski siap bernegosiasi, Assad menolak pendapat bahwa pertempuran selama hampir dua tahun di Suriah dan menewaskan lebih dari 70.00 orang itu berhubungan dengan dirinya sebagai presiden. ”Jika pendapat itu benar, pertempuran akan berakhir jika saya mundur. Jelas hal itu absurd, serta preseden di Libya, Yaman, dan Mesir menjadi saksi bahwa hal itu keliru,” ujarnya.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi di Teheran, Sabtu. Salehi mengatakan, Assad akan mengikuti pemilu Suriah tahun depan dan menyerahkan kepemimpinan negeri itu kepada suara rakyat lewat pemilu.

Tolak Inggris

Assad juga menolak menerima Inggris sebagai mediator dialog dan menuduh mereka mempersenjatai kubu oposisi. ”Bagaimana kekerasan bisa berhenti jika mereka ingin mengirim bantuan kepada teroris? Mereka tidak mempermudah dialog di antara warga Suriah,” ujarnya. Ia menambahkan, ”Kami tak berharap seorang pembakar bisa berubah menjadi pemadam kebakaran.”

Inggris mendesak Uni Eropa untuk mencabut larangan bantuan militer bagi pihak oposisi Suriah. ”Dengan demikian, kita dapat memperluas dukungan kepada Koalisi Nasional,” ujar Menteri Luar Negeri Inggris William Hague.

Namun, pertemuan Menlu Uni Eropa pekan lalu hanya mengizinkan bantuan militer yang tidak mematikan dan bantuan teknis kepada kubu oposisi.

Sementara itu, Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) yang berbasis di London mengatakan, kubu oposisi menewaskan lebih dari 34 tentara Pemerintah Suriah dalam serangan ke akademi kepolisian di Aleppo. ”Mereka mengontrol sebagian besar area akademi kepolisian di Khan al-Assal setelah pertempuran selama delapan hari,” demikian pernyataan SOHR.

Tentara Suriah mengklaim merebut jalan raya yang menghubungkan Provinsi Hama dengan Bandara Internasional Aleppo. Sebaliknya, SOHR mengatakan, pihak oposisi menguasai penjara di Provinsi Raqa dan membebaskan ratusan tahanan. Sepuluh tentara pemerintah dan 16 oposan tewas dalam pertempuran itu. (AFP/Reuters/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com