Rencana bantuan langsung AS itu diungkapkan Menteri Luar Negeri John Kerry seusai bertemu rekannya dari Uni Eropa dan Liga Arab, Kamis (28/2), di Roma, Italia. Pertemuan juga dihadiri Ahmed Moaz al-Khatib, Ketua Koalisi Nasional (NC), organisasi payung oposisi Suriah.
Kerry menegaskan, AS tak akan menyalurkan senjata mematikan seperti diminta oposisi. Washington menyiapkan bantuan 60 juta dollar AS untuk oposisi. Hal itu menjadi perubahan signifikan dalam kebijakan AS.
UE justru menyetujui perlunya suplai kendaraan lapis baja, peralatan militer yang tidak mematikan, dan pelatihan militer kepada oposisi. Bantuan ini bisa diberikan untuk melindungi warga sipil yang menjadi korban terbanyak di Suriah.
UE juga memperpanjang masa sanksi untuk Suriah hingga 1 Juni 2013. Atas desakan Inggris dan beberapa negara lain, UE meringankan embargo senjata untuk oposisi.
Khatib, yang berdiri di sisi Kerry saat memberikan penjelasan, mengungkapkan kekecewaannya. Menurut dia, Barat terlalu fokus pada kelompok garis keras di kalangan oposisi. Dia juga kecewa karena aliran senjata tak pernah berhenti menjangkau rezim Presiden Bashar al-Assad.
Setelah pengumuman Kerry, NC memutuskan menunda pertemuan di Istanbul, Turki, yang dijadwalkan sebelumnya. Sedianya pertemuan itu akan memilih perdana menteri dan menyusun kabinet sementara sebagai upaya perebutan kekuasaan dari Assad.
Samir Nashar, anggota NC, mengatakan tak bisa menjelaskan alasan penundaan itu. NAmun, dia menyebut usaha AS-Rusia merintis dialog antara rezim dan oposisi untuk membentuk pemerintahan peralihan.
Di Moskwa, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan, kekuatan asing memiliki tujuan sama tetapi berbeda dalam cara mencapainya.