JAKARTA, KOMPAS
Deputi Program Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Fonny J Silfanus saat temu wartawan, Kamis (28/2), di Jakarta, mengatakan, peningkatan prevalensi HIV pada lelaki berisiko tinggi (LBT) sesuai/konsisten dengan masih rendahnya angka penggunaan kondom pada LBT.
Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) tahun 2011 menunjukkan, LBT yang selalu menggunakan kondom hanya 3 persen. Sebagian besar LBT adalah usia produktif yang bekerja jauh dari keluarga, seperti pekerja perkebunan, pertambangan, konstruksi, sopir truk antarkota, dan anak buah kapal.
Mereka cenderung melakukan seks berisiko/perilaku berisiko lain, seperti mengonsumsi minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
Data Kementerian Kesehatan 2012, populasi rawan tertular HIV di antaranya 6,7 juta laki-laki membeli seks. Sebanyak 4,9 juta perempuan menikah dengan LBT. Akibatnya, penularan HIV melalui transmisi seksual meningkat, termasuk kepada ibu rumah tangga dan bayi.
Pencegahan HIV lewat transmisi seksual, lanjut Fonny, kini menyasar LBT yang berpotensi jadi pelanggan pekerja seks.
Yuliana W Simarmata, perwakilan dari Indonesian Business Coalition on AIDS (IBCA), mengatakan, HIV/AIDS merupakan isu tenaga kerja dan isu bisnis. Mayoritas ODHA (orang dengan HIV/AIDS) berusia 15-59 tahun. ”Lebih dari 80 persen ODHA bekerja di perusahaan,” ujarnya. Tempat kerja jadi ”pintu vital” penyediaan edukasi, perawatan, pengobatan, dan aksi anti- diskriminasi.