Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Aktivis dan Kapal Pemburu Paus Bentrok

Kompas.com - 27/02/2013, 02:22 WIB

SYDNEY, SENIN - Insiden bentrokan antara kapal aktivis lingkungan dan kapal pemburu paus kembali terjadi di perairan Samudra Selatan dekat Antartika, Senin (25/2) waktu setempat. Kedua pihak sama-sama menyatakan telah ditabrak kapal pihak lainnya.

Aktivis antiperburuan paus, Paul Watson, menyatakan, kapal Nisshin Maru—kapal penangkap dan pengolah paus milik Jepang—telah menabrak kapal milik organisasi aktivis lingkungan Sea Shepherd Conservation Society (SSCS), MY Bob Barker.

”Konfrontasi intens terjadi selama lima jam. Kami mengambil posisi untuk menghalangi mereka mendekat ke (kapal tanker) Sun Laurel dan mereka menabrak kami dua kali, menyebabkan kerusakan sedang,” ujar Watson.

Menurut laman marinetraffic.com, kapal Bob Barker berukuran panjang 52,24 meter dengan berat benaman (displacement) 801 ton. Sementara Nisshin Maru berukuran panjang 129 meter dan berat benaman 5.476 ton.

Sebaliknya pihak Institut Riset Paus Jepang (ICR), yang mengoperasikan Nisshin Maru, menuding pihak SSCS-lah yang mengerahkan kapal-kapalnya untuk menabrak kapal penangkap paus tersebut. Menurut ICR, insiden itu terjadi saat Nisshin Maru hendak melakukan pengisian bahan bakar dari kapal tanker Sun Laurel.

Menurut pernyataan resmi ICR, tiga kapal SSCS terlibat dalam insiden itu, yakni Bob Barker, Steve Irwin, dan Sam Simon. ”Saat mereka menghalangi operasi pengisian bahan bakar, kapal-kapal Sea Shepherd menabrak Nisshin Maru dan kapal tanker tersebut,” ucap ICR.

Baik pihak SSCS maupun ICR menyatakan tidak ada korban luka dalam insiden tersebut. Namun, mereka sama-sama menuduh pihak lainnya telah melakukan aktivitas ”berbahaya”.

Kawasan suaka

Selama beberapa tahun terakhir, SSCS telah mengerahkan kapal-kapal dan para aktivisnya untuk menghalangi kapal-kapal penangkap paus milik Jepang melakukan perburuan di Samudra Selatan. Kawasan perairan tersebut telah ditetapkan oleh Komisi Penangkapan Paus Internasional (IWC) sebagai kawasan suaka alam untuk melindungi populasi paus.

Namun, pihak Jepang menyatakan bahwa penangkapan paus-paus oleh ICR bertujuan untuk riset ilmiah. Peraturan IWC memang mengizinkan negara-negara di dunia memberi izin penangkapan dan pembunuhan paus untuk keperluan riset.

Meski demikian, pihak ICR tak membantah bahwa daging paus, yang dianggap sebagai produk sampingan kegiatan riset, kemudian dijual untuk dijadikan santapan.

Australia dan Selandia Baru telah memprotes ekspedisi tahunan ICR ke kawasan Samudra Selatan itu. Menteri Kehutanan, Pertanian, dan Perikanan Jepang Yoshimasa Hayashi menyebut bahwa kritik terhadap aktivitas perburuan paus itu sebagai ”serangan kultural” dan ”prasangka buruk terhadap budaya Jepang”.(AFP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com