”Roket itu jatuh di dekat Ashkelon pada Rabu pagi dan menimbulkan kerusakan di salah satu jalan, tetapi tak melukai siapa pun,” kata juru bicara polisi Israel, Micky Rosenfeld.
Tembakan roket itu menjadi insiden pertama dalam tiga bulan sejak gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas, yang berkuasa di Jalur Gaza, 21 November 2011. Gencatan senjata itu mengakhiri delapan hari serangan udara Israel, setelah lebih dari 1.000 roket ditembakkan ke Israel dari Gaza, yang dikuasai kelompok milisi Hamas sejak tahun 2007.
Serangan terakhir itu dibalas Israel dengan menutup pintu perlintasan barang menuju Gaza hingga waktu yang tidak ditentukan. ”Tenang akan dibalas ketenangan, sedangkan roket akan mendapat tanggapan setimpal,” ujar Presiden Israel Shimon Peres, yang yakin kedua pihak berkeinginan untuk menurunkan ketegangan.
Hamas menolak telah menembakkan roket ke Ashkelon. Juru bicara Hamas, Ehab Ghussein, menegaskan, mereka tak pernah menembakkan roket ke Israel dalam tiga bulan terakhir.
Klaim atas serangan terakhir itu justru datang dari Brigade Al-Aqsa, milisi yang terhubung dengan kelompok Fatah pimpinan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang berkuasa di Tepi Barat. Dalam surat elektronik yang dikirimkan kepada media, Al-Aqsa beralasan serangan itu sebagai balasan atas kematian Arafat Jaradat, tahanan Palestina yang meninggal karena disiksa di penjara Israel, akhir pekan lalu.
Terkait tewasnya Jaradat, ribuan warga Palestina menggelar unjuk rasa di Sair, Tepi Barat, Senin, saat pemakaman ayah dua anak dan anggota Al-Aqsa itu.
Dalam unjuk rasa itu, dua remaja Palestina berusia 13 tahun dan 16 tahun terluka dalam konfrontasi dengan tentara Israel. Remaja yang lebih tua dipindahkan ke Rumah Sakit Hadassah di Jerusalem dan berada dalam kondisi kritis akibat tembakan di kepala.
Mahmoud Abbas menuding Israel telah menerapkan metode yang semakin keras untuk menekan protes warga Palestina. ”Kami tidak ingin terjadi ketegangan dan eskalasi,” kata Abbas, yang juga menolak keras tuduhan terbaru dari para pejabat Israel bahwa dia menyulut ketegangan demi mencari keuntungan politik. (AP/AFP/REUTERS/CAL)
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.