Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rezim Assad Bersedia Berdialog

Kompas.com - 26/02/2013, 02:13 WIB

MOSkwa, senin - Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Muallem, Senin (25/2), di Moskwa, Rusia, mengatakan, Damaskus siap berunding dengan kubu oposisi. Telah disadari, reformasi tidak bisa terwujud lewat perang.

”Kami siap berdialog dengan para pihak yang menginginkannya, termasuk mereka yang memiliki senjata di tangannya. Karena kami yakin, reformasi takkan terwujud lewat pertumpahan darah,” kata Muallem sebelum bertemu Menlu Rusia Sergey Lavrov, seperti dirilis kantor berita Itar-Tass.

Kantor berita Rusia itu tak melaporkan komentar Muallem lebih jauh. Tak dijelaskan prospek pembicaraan dan tak juga dijelaskan apakah rezim Assad menawarkan prasyarat atau kondisi tertentu untuk memulai dialog dengan oposisi atau pihak-pihak lain yang kini mengangkat senjata melawan rezim Presiden Bashar al-Assad.

”Apa yang sedang berlangsung di Suriah saat ini adalah perang melawan terorisme,” kata Muallem seperti dikutip Itar-Tass. ”Kami akan sangat mematuhi setiap rencana damai, tetapi juga terus berjuang melawan terorisme,” ucap Muallem.

Komentar Muallem menggemakan lagi pernyataan yang pernah disampaikan Menteri Rekonsiliasi Nasional Suriah Ali Haidar. Haidar waktu itu juga menyatakan pihaknya siap bertemu dengan kelompok oposisi bersenjata.

Selama ini, rezim Damaskus selalu mengecap kelompok-kelompok bersenjata yang melawan pemerintah sebagai ”teroris”.

AS dan Barat mengidentifikasi ada dua faksi oposisi atau milisi bersenjata Suriah yang memiliki hubungan kuat dengan jaringan teroris Al Qaeda. Kelompok terkuat adalah Front Al-Nusra, yang terlibat dalam sejumlah serangan bom mematikan di Suriah.

Tawaran oposisi

Payung kubu oposisi Suriah, Koalisi Nasional (NC), sebelumnya juga menyatakan keinginan berdialog dengan rezim Assad. Setelah beberapa kali melakukan pertemuan internasional, NC meminta Assad terlibat dialog damai guna mengakhiri konflik.

Hal yang selalu diinginkan NC selama ini, sama seperti juga Barat, adalah agar Assad tidak boleh terlibat dalam pemerintahan transisi jika itu dibentuk. Tampaknya ini menjadi salah satu kendala dalam dialog, sebab Damaskus yang didukung Rusia, China, dan Iran, justru ingin mempertahankan posisi Assad.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com