Aleppo telah menjadi medan pertempuran paling mematikan sejak pertengahan tahun lalu. Serangan militer Assad terhadap kota itu semakin meningkat setelah pangkalan utama Tentara Pembebasan Suriah (FSA) pindah dari Turki ke Aleppo menjelang akhir September 2012.
Kecaman AS kepada rezim
Krisis Suriah juga telah meningkatkan ketegangan di perbatasan dengan negara-negara tetangga, termasuk Lebanon. Pertempuran terbaru meletus di perbatasan Suriah-Lebanon, Sabtu malam, beberapa jam setelah serangan dari Suriah menewaskan seorang pria Lebanon.
AS mengecam ”dengan kata-kata yang paling pedas” atas serangkaian serangan rudal ke Aleppo tersebut. ”Serangan itu adalah demonstrasi terbaru dari rangkaian kekejaman rezim Suriah dan kurangnya kasih sayang bagi warga Suriah yang diklaim diwakilinya,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland.
Sebelumnya, Assad acap kali mengklaim bahwa dia berperang untuk mempertahankan kehormatan negara, bangsa, dan melindungi rakyatnya dari serangan kelompok ”teroris”. Nuland menilai, serangan rudal terbaru ke Aleppo justru menunjukkan satu tindakan Assad yang tidak melindungi rakyatnya dan karena itu AS mengecam rezimnya.
Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) melaporkan, 58 orang tewas dan lebih dari 150 orang terluka dalam serentetan tembakan rudal Suriah di Distrik Tariq al-Bab, Aleppo. Nuland pun mengulangi seruan Washington yang mendesak Assad mundur.
”Rezim Assad kini sudah tak memiliki legitimasi dan tetap bertahan di kursi kekuasaan hanya lewat tindakan brutal pasukannya,” kata Nuland.
”AS tidak melihat adanya indikasi bahwa rakyat Suriah, yang berani bertempur melawan agresi ini, akan menerima para pemimpin rezim Assad sebagai bagian dari otoritas pemerintahan transisi karena darah rakyat Suriah berlumuran di tangan mereka,” lanjut Nuland.