Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Tanggapi Serius Spionase Siber

Kompas.com - 22/02/2013, 02:35 WIB

Sejumlah perusahaan besar dunia diketahui menjadi korban peretasan dan mata-mata siber itu. Mereka antara lain General Motors, Ford, DuPont, Dow Chemical, Motorola, Boeing, dan Cargill.

Akibat aktivitas ilegal itu, kebanyakan dari mereka menderita kerugian besar akibat kehilangan posisi pasar, keuntungan kompetitif, dan efisiensi.

”Kami berkali-kali menyampaikan keprihatinan kami terkait aktivitas pencurian rahasia dagang ke otoritas terkait di China. Hal itu akan terus kami lakukan,” ujar Robert Hormats dari Departemen Luar Negeri AS.

Respons beragam

Langkah Pemerintah AS tersebut langsung diapresiasi sejumlah kalangan, terutama dari para pakar keamanan siber dan intelijen.

Meski demikian, mereka menilai upaya itu masih tahap awal dan masih banyak lagi upaya lain yang perlu dilakukan.

”Saat ini yang dihadapi adalah aktivitas (peretasan) yang dilakukan oleh suatu negara terhadap perusahaan-perusahaan swasta. Praktik seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya dan kita sama sekali belum mempunyai resolusi soal bagaimana menghadapi hal seperti itu,” ujar mantan Direktur CIA Michael Hayden.

Pihak Kamar Dagang AS juga menawarkan dukungan, sementara kalangan industriawan menunjukkan antusiasme terhadap upaya Pemerintah AS tersebut.

”Kami sangat mendukung fokus pemerintah dalam menangani pencurian rahasia dagang, yang selama ini telah memicu ancaman serius yang terus berkembang, terutama terkait industri perangkat lunak di seluruh dunia,” ujar Presiden Aliansi Bisnis Perangkat Lunak Robert Holleyman.

Tawaran solusi lain adalah mempromosikan ”langkah-langkah terbaik” yang dapat dilakukan perusahaan-perusahaan untuk melindungi diri dari serangan peretas dan spionase siber.

Laporan lain menyebut Biro Investigasi Federal AS (FBI) memperluas upayanya memerangi beragam bentuk peretasan, baik yang dilakukan individu, perusahaan, maupun pemerintah tertentu untuk mencuri rahasia dagang suatu perusahaan.(AFP/REUTERS/BBC/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com