Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daging Kuda: Inggris Tabu, Perancis Suka

Kompas.com - 17/02/2013, 10:35 WIB

Daging kuda berlabel daging sapi menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan di Eropa pekan ini. Walaupun mengonsumsi daging kuda merupakan hal yang biasa di beberapa negara, bahkan di Eropa sendiri, skandal ini membuat berang masyarakat yang merasa tertipu.

Mereka membeli daging dalam kemasan dengan label dan harga daging sapi, tetapi ternyata berisi daging kuda.

Daging kuda memang mudah dimasak, lezat, bergizi tinggi, dan berlemak rendah. Namun, orang Inggris tak makan daging kuda. Banyak orang merasa makan daging kuda sama seperti makan hewan kesayangan.

Dalam buku Hard Times - For These Times karya Charles Dickens yang diterbitkan tahun 1854, tokoh dalam buku tersebut, Bounderby, berbicang dengan tamunya mengenai makan kuda di masa mudanya.

Sejarah tentang makan kuda ini sangat panjang. Banyak budayawan pada masa prasejarah yang memperbolehkan makan dan mengorbankan kuda. Namun, ada pula yang melarang.

Paus Gregorius III pada tahun 732 melarang orang makan kuda. Tujuannya adalah untuk mencegah meluasnya praktik penyembahan berhala.

Pelarangan itu memang berdampak. Keyakinan religius yang dikombinasikan dengan faktor kebudayaan dan faktor ekonomi membuat makan daging kuda ditabukan di beberapa negara Eropa.

Sejak awal abad pertengahan, kuda memiliki posisi penting dalam kehidupan manusia. Selain sebagai simbol status, juga menjadi hewan tunggangan di masa damai dan perang. Kuda digambarkan sebagai hewan anggun yang sering muncul di permadani dan lukisan-lukisan.

Bagi orang Inggris, sangat tidak masuk akal makan hewan yang menyimbolkan banyak hal dan mahal, baik harga maupun pemeliharaannya, itu. Kebutuhan daging sudah dipasok dari sumber lain, yaitu sapi dan domba.

Hubungan emosional antara manusia dengan kuda yang telah membantu bekerja dan sebagai teman rekreasi membuat kuda tak layak dijadikan santapan di meja makan.

Berdasarkan pandangan ini, pada abad ke-17 muncul pelarangan makan daging kuda di sebagian negara Eropa. Pada era Victoria, makan daging kuda sering dikaitkan dengan keputusasaan dan kemiskinan.

Sebaliknya di Perancis, timbul situasi dan keadaan yang berbeda. Pada masa perang Napoleon, penduduk di beberapa kota terpaksa memakan daging yang tersedia di sekitar mereka ketika mereka lapar.

Salah satu pimpinan pasukan Napoleon menyarankan kepada tentara yang lapar agar memakan daging kuda ketika berperang. Ketika revolusi, kuda-kuda yang biasanya dimiliki kaum aristokrat, dibantai oleh rakyat jelata yang tak sanggup membeli daging.

Daging kuda sebagai bahan pangan mulai populer lagi pada pertengahan abad ke-19. Salah satu pendorongnya adalah melangitnya harga daging sapi dan daging babi, serta semakin banyaknya orang miskin.

Tahun 1866, Pemerintah Perancis melegalkan daging kuda sebagai makanan dan dibukalah toko daging yang khusus menjual daging kuda di Paris bagian timur. Toko ini menyediakan daging berkualitas baik dengan harga terjangkau.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com