Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantra Berlian RATU SEJAGAT

Kompas.com - 17/02/2013, 03:04 WIB

Nur Hidayati

Di depan kamera, Miss Universe Olivia Culpo dengan kikuk bertanya soal pose. ”Posisi badan saya harus bagaimana, ya? Kaki saya mesti seperti apa?” Namun, begitu ia siap, dan klik! Olivia pun bersinar.  

”Shine bright like a diamond

We’re beautiful like diamonds in the sky...” 

Lirik lagu ”Diamonds” yang dipopulerkan Rihanna itu seperti mantra buat Miss Universe 2012 Olivia Culpo. Seperti berlian bersinar cermelang, itulah Olivia (20) menggambarkan dirinya.

Ketika terpilih sebagai Miss Universe, ia menyadari, yang paling penting pada dirinya bukanlah baju atau dandanan. ”Namun, lebih karena sesuatu dari dalam diri kita. Bagaimana kita membuka diri dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk melihat ke dalam diri kita. Seperti di lagu Rihanna itu, just shine bright like a diamond.”

Akan tetapi, bukan hanya Olivia dengan mahkota ratu sejagatnya itu yang bisa bersinar. Ia tak berbeda dengan kebanyakan gadis muda sebayanya, selalu punya sesuatu yang tak disukai pada diri sendiri.

”Kita hanya perlu menerima keseluruhan diri kita, termasuk kelemahan dan perbedaan lalu melanjutkan hidup dengan itu. Kecantikan akan seperti sinar yang terpancar dari diri kita,” katanya dalam perbincangan dengan Kompas, pekan pertama Februari lalu, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.

Pengalaman membuat gadis berkebangsaan Amerika Serikat ini meyakini apa yang ia katakan. Hingga 15 bulan lalu, Olivia sekadar anak kuliahan yang tak kenal kontes kecantikan. Ia menamatkan SMA di sekolah khusus putri dengan meraih peringkat teratas lalu melanjutkan studi di Universitas Boston.

Olivia menyebut dirinya sendiri nerd alias si kutu buku yang tergila-gila pada alat musik selo. Olivia sudah memainkan alat musik gesek itu sejak ia berumur tujuh tahun. Masa remaja ia rayakan dengan kesertaannya dalam orkestra di luar jam sekolah.

Pada liburan musim panas 2011, ia tergoda mengikuti ajang pemilihan Miss Rhode Island 2012. Ia meyakini, kontes itu akan memberi pengalaman panggung yang ia butuhkan untuk mendukung studi di bidang komunikasi dan akting.

Orangtuanya sempat tak mendukung Olivia mengikuti kontes ini. Di mata mereka, kontes itu tak ubahnya seperti kelakuan narsistik. Namun, Olivia tetap tampil tanpa beban dan mimpi muluk. Ia merasa cukup bermodal sebuah gaun sewaan seharga 20 dollar AS. Belakangan baru ia tahu, gaun sewaan itu sobek, berlubang di bagian punggung, dan terlalu pendek untuknya. ”Sebenarnya gaun itu oke, tetapi benar-benar paling jelek dan paling murah dibandingkan dengan yang dipakai gadis-gadis lain di sana.”

Tak terbayangkan di benak Olivia, langkah itu justru mengantarnya jadi Miss Universe. ”Tak ada dalam impian terliar saya sekalipun...,” katanya.

Mahkota berat

Dari kamar asrama di lingkungan Universitas Boston, Olivia kini pindah ke apartemen mewah yang disediakan si mahakaya Donald Trump bekerja sama dengan Organisasi Miss Universe di New York. Ia cuti dari kuliah untuk melakoni tugas setahun sebagai Miss Universe.

Bagian utama dari tugasnya adalah terlibat aktif dalam berbagai kampanye sosial, mulai dari advokasi bagi penderita kanker hingga pemahaman terhadap HIV/AIDS. Agenda kegiatannya pun terentang ke sejumlah negara. Bekerja sama dengan Yayasan Puteri Indonesia, Olivia lalu mengunjungi beberapa kota di Indonesia.

Kata Olivia, hal paling berharga yang melekat pada predikat ratu sejagat adalah kesempatan untuk menolong orang lain. ”Menyenangkan rasanya mendapat kesempatan untuk memberi sesuatu kepada orang lain. Selain lewat kampanye sosial, aku berharap ceritaku juga bisa memberi inspirasi.”

Sepanjang wawancara, Olivia menaruh mahkotanya di pangkuan. ”Mahkota ini berat banget dan sebenarnya sakit juga kalau kelamaan dipakai.”

Mungkin itu bagian tak mengenakkan dari predikat ratu sejagat. Apakah perjalanan dengan agenda padat ke sejumlah negara juga ia rasa melelahkan? ”Aku memang banyak sekali bepergian. Selalu ada yang harus dilakukan dan semuanya menarik. Aku jadi terlalu sibuk, tidak sempat lagi menyandarkan punggung dan berpikir apakah aku capek atau stres.”

Buat Olivia, tantangan terberat adalah ketika ia dituntut tampil cerah dan aktif dalam keadaan kurang tidur. ”Tidak mudah untuk cukup tidur kalau alarm bangun tidur mesti dipasang pukul 03.30 atau bahkan 02.30. Namun, semakin lama, aku semakin pintar mengatasi soal kurang tidur itu.”

Tantangan dan kesulitan, kata Olivia, mampu ia lewati berkat dua hal yang diajarkan orangtuanya sejak ia kecil, yakni bekerja keras dan bersyukur. ”Bersyukur membuat aku tak bereaksi berlebihan menghadapi masalah,” ujar Olivia dengan senyum tak pernah pupus di wajahnya nan ayu.

”Aku berusaha selalu ingat apa yang sebenarnya penting dalam hidup....”

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com