Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 14/02/2013, 07:27 WIB
EditorEgidius Patnistik

Tak ada keharusan bahwa paus atau pemimpin Gereja Katolik dunia berikutnya, yang akan menggantikan Paus Benediktus XVI yang secara mengejutkan telah mengumumkan pengunduran dirinya, harus dari Afrika. Namun, begitulah Stan Chu Ilo, professor bidang agama dan pendidikan, di St Michael's College, Universitas Toronto, Kanada, memberi judul artikel di situs berita CNN, Rabu (13/2/2012). Ilo telah menulis sejumlah buku antara lain The Face of Africa: Looking Beyond the Shadows dan The Church and Development in Africa: Aid and Development from the Perspective of Catholic Social Ethics.

Ia memulai artikelnya dengan komentar Kardinal John Onaiyekan dari Abuja, Nigeria, dalam sebuah perayaan Black History Month di Toronto, minggu lalu. Ketika itu, Onaiyekan ditanya apakah dirinya berpikir bahwa sudah tiba waktunya bagi seorang paus dari Afrika. Pertanyaan itu diajukan sebelum Paus Benediktus mengumumkan pengunduran dirinya.

Di hadapan 500 umat Katolik keturunan Afrika dalam perayaan itu, Onaiyekan mengatakan, "Waktu bagi seorang paus dari Afrika sudah tiba, bahkan pada saat para Bapa Apostolik pada abad pertama gereja. Saya tidak sedang mengatakan bahwa saya ingin agar dipertimbangkan untuk menjadi seorang paus, tetapi kenyataannya bahwa Injil harus diwartakan kepada semua bangsa, bahasa, dan ras. Itu berarti bahwa pimpinan tertinggi gereja harus terbuka kepada siapa pun dari ras, bahasa, dan bangsa apa pun. Saya tidak akan terkejut saat melihat ada paus orang Afrika dalam hidup saya."

Seminggu kemudian, Paus Benediktus XVI secara mengejutkan menyatakan akan mundur dari jabatannya pada 28 Februari ini. Peluang terpilihnya seorang paus dari Afrika pun terbuka dalam konklaf (sidang para kardinal untuk memilik paus) pada Maret mendatang.

Bagi banyak umat Katolik, dari mana seorang paus berasal mungkin tidak sama pentingnya dengan siapa paus itu. Namun, bagi banyak umat Katolik Afrika, tulis Ilo, terpilihnya orang Afrika sebagai paus akan menjadi sebuah tanda yang indah bahwa Gereja Katolik Afrika telah matang dan mereka berharap seorang paus dari Afrika akan membahas secara tepat tantangan khusus yang dihadapi Afrika dewasa ini dan mengintegrasikan budaya Afrika dan sejumlah prioritas sosial-ekonomi ke dalam kekatolikan arus utama.

Dalam tiga dekade terakhir, telah terjadi sebuah pergeseran dalam Gereja Katolik global. Pusat gravitasi di dunia kekristenan telah pindah dari Barat ke Selatan.

Hal ini, kata Ilo, tidak hanya berkaitan dengan Gereja Katolik Afrika, tetapi untuk kekristenan Afrika pada umumnya. Ia mengutip ahli misiologi Inggris, Andrew Walls, yang mengatakan bahwa umat Kristen Afrika harus dilihat sebagai komponen utama dari perwakilan kekristenan kontemporer, standar kekristenan zaman sekarang, sebuah model demonstrasi dari karakter kekristenan itu sendiri. "Artinya, kita perlu melihat Afrika dewasa ini dalam rangka memahami kekristenan itu sendiri."

Menurut Ilo, itulah pandangan yang dianut banyak orang yang menyaksikan pertumbuhan eksponensial dan keragaman dari kekristenan Afrika pada saat Gereja Katolik sedang sekarat di jantung Eropa, yang melemah karena sejumlah kasus pelecehan seksual, krisis kepemimpinan, dan krisis iman dan sekularisme.

Berdasarkan data terbaru, 70 persen umat Katolik sekarang hidup di Amerika (48 persen) atau di Eropa (24 persen) dan lebih dari seperempat tinggal di wilayah Asia-Pasifik (12 persen) atau di Sub-Sahara Afrika (16 persen). Untuk pertama kali dalam sejarah, Amerika Latin dan Afrika mencatat lebih dari setengah populasi umat Katolik di dunia saat ini.

Pada saat bangku-bangku dan gereja-gereja di Eropa dan Amerika Utara kosong dan banyak keuskupan menyatakan diri bangkrut, gereja-gereja di Afrika diisi melebihi kapasitas setiap hari Minggu. Saat perayaan di gereja-gereja Eropa dipandang terlalu formal, terlalu bernuansa abad pertengahan dan ritualistik, serta kurang bersukacita dan hambar, perayaan di gereja-gereja di Afrika sangat antusias, meriah, bersifat komunal, dan menyenangkan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


    27th

    Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

    Syarat & Ketentuan
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
    Laporkan Komentar
    Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Verifikasi akun KG Media ID
    Verifikasi akun KG Media ID

    Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

    Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke