NARATHIWAT, RABU -
Menurut juru bicara Komando Operasi Keamanan Internal Thailand, Pramote Phromin, insiden terjadi ketika sedikitnya 100 orang berpakaian loreng ala militer dan bertopeng menyerang sebuah markas militer di sana.
Serangan langsung besar-besaran terhadap markas militer seperti itu termasuk jarang terjadi pada masa lalu. Kelompok milisi bersenjata biasanya melakukan serangan mendadak terhadap patroli militer Thailand di jalan-jalan dengan menggunakan bom.
Dilaporkan tidak terdapat korban luka maupun tewas dari pihak tentara. Akan tetapi, salah seorang pemimpin milisi lokal, yang saat kejadian mengenakan rompi antipeluru, tewas tertembak.
Provinsi Narathiwat adalah satu dari tiga provinsi di Thailand selatan, selain Pattani dan Yala, yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan berbatasan dengan Malaysia.
Sejumlah kritik menuduh pemerintah gagal menangani persoalan di wilayah basis warga minoritas Melayu Muslim itu, terutama dengan pendekatan militer yang dinilai tak menghormati identitas etnis, bahasa, dan agama warga setempat.
Meski demikian, alasan pergolakan dan perlawanan bersenjata kelompok-kelompok etnis tersebut tidak pernah benar-benar jelas. Mereka tidak pernah menyatakan tujuan akhir gerakan mereka.
”Pekan ini, pasukan kami mendapat informasi bahwa ada beberapa kelompok bersenjata tengah bergerak. Kami langsung bersiaga menghadapi kemungkinan serangan,” ujar komandan gugus tugas khusus korps marinir Provinsi Narathiwat, Kapten Somkiat Ponprayun.
Informan yang memberikan peringatan tersebut disebut-sebut sebagai salah satu milisi yang membelot.