Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keputusan Paus Matang

Kompas.com - 13/02/2013, 03:01 WIB

VatiKan, Selasa - Pengunduran diri Paus Benediktus XVI sudah sangat matang. Beberapa orang dekat mengetahui rencana Paus segera mengumumkan pengunduran diri. Ini terjadi sekitar tiga bulan lalu, setelah Paus menjalani operasi yang dirahasiakan.

Pengumuman itu mengejutkan karena secara historis sangat jarang preseden seperti itu. Selama 2.000 tahun keberadaan Takhta Suci Vatikan, hanya ada beberapa Paus yang mengundurkan diri. Hampir 600 tahun lalu, Paus Gregorius XII mengundurkan diri untuk menghindari perpecahan Gereja tahun 1415.

Paus lain yang mengundurkan diri adalah Selestinus V pada tahun 1294 serta Benediktus IX pada tahun 1045. Gregorius VI juga mengundurkan diri setahun kemudian, pada tahun 1046.

Keputusan Benediktus XVI untuk mundur pada 28 Februari itu dinyatakan di hadapan para kardinal pada Senin (11/2). Harian Italia, Il Sole 24 Ore, edisi Selasa (12/2), menuliskan, Paus Benediktus XVI menjalani operasi jantung yang dirahasiakan tiga bulan lalu. Diberitakan, setelah operasi itu, Benediktus mulai memikirkan soal kemungkinan pengunduran diri.

Juru bicara Vatikan, Pastor Federico Lombardi, mengatakan, Paus mengenakan alat pacu jantung. Baterai alat itu diganti dalam operasi kecil, tiga bulan lalu. Namun, Lombardi menyebutkan operasi itu tak berpengaruh pada keputusan Paus untuk mengundurkan diri.

Harian resmi Vatikan, L’Osservatore Romano, menuliskan bahwa keputusan itu adalah sebuah sikap bijaksana dan demi kebaikan umum. Di tengah perubahan zaman dan beragam persoalan, dibutuhkan Paus yang kuat agar bisa terlibat dalam mengatasi masalah agama dan persoalan umat.

Dalam wawancara dengan wartawan Jerman, Peter Sewald, pada tahun 2012 Paus sudah memikirkan soal kemungkinan pengunduran diri. ”Dia punya hak mundur jika secara fisik kurang memungkinkan,” kata Sewald.

Hukum Gereja memperbolehkan pengunduran diri Paus. Satu-satunya persyaratan untuk mengesahkan itu adalah pengunduran dirinya dilakukan secara bebas, tanpa tekanan, dan diumumkan kepada publik.

Benediktus XVI juga ingin menghindari kejadian yang menimpa almarhum Paus Yohanes Paulus II, pendahulunya, yang dalam beberapa tahun terakhir hidupnya tidak terlalu bisa terlibat urusan kepausan karena masalah kesehatan.

Lombardi mengatakan, setelah mengundurkan diri, Paus Benediktus akan bermukim sementara di rumah peristirahatan Kastel Gandolfo, dekat Roma. Setelah itu, Paus bermukim di dalam salah satu biara dalam kompleks Takhta Suci Vatikan dan akan kembali dipanggil sebagai Kardinal Joseph Ratzinger.

”Paus sudah menegaskan akan menggunakan waktunya untuk berdoa dan berefleksi,” ujar Lombardi.

”Habemus Papam”

Pengunduran diri Benediktus XVI akan segera diikuti pertemuan Dewan Kardinal. Selama pemilihan, mereka akan terputus total dari dunia luar, tanpa alat komunikasi. Saat pemilihan berlangsung, para kardinal akan menentukan sendiri pilihan mereka secara tertutup. Sebanyak 117 kardinal yang pada Maret berusia di bawah 80 tahun berhak memilih Paus baru.

Pilihan akan dijatuhkan pada salah satu kardinal yang dianggap layak memimpin 1,2 miliar umat Katolik sedunia. Proses pemilihan ini amat rumit dan sangat rahasia untuk publik. Terkadang proses pemilihan membutuhkan waktu berhari-hari.

Hanya saja, jika sudah ada yang terpilih, akan keluar asap putih dari cerobong di sebuah sudut Takhta Suci Vatikan, yakni Kapel Sistina. Setelah itu akan diumumkan ucapan habemus Papam, yang berarti ”kita memiliki Paus”. Ini merupakan salah satu momen mengharukan dalam agama Katolik.

Menjelang pemilihan, muncul harapan agar Paus baru terpilih dari luar Eropa. Amerika Latin, Asia, hingga Afrika berharap Paus baru berasal dari kawasan mereka. Ini sehubungan dengan pesatnya perkembangan umat Katolik di luar Eropa.

”Memang Amerika Latin menjadi wilayah perkembangan umat Katolik. Namun, saya tidak akan melakukan ramalan soal siapa yang akan terpilih,” kata R Andrew Chesnut, profesor studi agama dari Universitas Persemakmuran Virginia, Amerika Serikat. (AP/AFP/REUTERS/MON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com