”Saya bilang, jika saya bisa menjadi sebuah jembatan, biarlah pengorbanan seorang Noynoy (nama kecilnya) cukup untuk menolong banyak rakyat negeri ini,” ujarnya.
Gerakan warga di Mindanao untuk menuntut kemerdekaan berlangsung sejak tahun 1970-an. Sedikitnya 150.000 jiwa telah melayang selama terjadinya konflik itu.
Berbicara menanggapi kunjungan Aquino, Murad Ebrahim menilai hal itu sebagai suatu simbol dan hal yang penting untuk mempercepat proses perdamaian.
”Kami benar-benar tersanjung dengan apa yang dilakukan Presiden, dengan memimpin langsung peluncuran proyek-proyek sosio-ekonomi di tanah yang selama ini menyaksikan perjuangan kami,” ujar Murad.
Murad juga menekankan pentingnya menghadirkan kesejahteraan dan kemakmuran di tanah Mindanao, yang subur dan kaya dengan sumber daya alam, tetapi miskin lantaran korupsi dan konflik berkepanjangan selama puluhan tahun.(AFP/AP/DWA)