Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kamboja Larut dalam Duka

Kompas.com - 05/02/2013, 02:48 WIB

PHNOM PENH, SENIN - Puluhan ribu warga dari seluruh penjuru Kamboja berkumpul di Phnom Penh untuk memberikan penghormatan terakhir dalam upacara kremasi jenazah mantan Raja Norodom Sihanouk, Senin (4/2). Turut hadir tiga perdana menteri negara sahabat.

Sihanouk meninggal dunia pada usia 89 tahun, Oktober tahun lalu, di Beijing, China, akibat gagal jantung. Jenazahnya kemudian dipulangkan dan disemayamkan di Istana Kerajaan Kamboja sejak itu.

Perdana Menteri (PM) Perancis Jean-Marc Ayrault, PM Thailand Yingluck Shinawatra, dan PM Vietnam Nguyen Tan Dung turut hadir dalam upacara kremasi, Senin.

Upacara kremasi dimulai tepat setelah matahari terbenam. Anak Sihanouk, Raja Norodom Sihamoni, didampingi ibunya, Ibu Suri Norodom Monineath atau lebih populer dengan panggilan Ratu Monique, menyulut api kremasi untuk pertama kali.

Jenazah Sihanouk ditempatkan dalam krematorium bertingkat 15 dengan metode pembakaran modern. Sebagian abu jenazah nantinya disebar di tiga sungai di Kamboja, sementara sebagian lagi akan disimpan di dalam guci di istana.

Jumat lalu, jenazah Sihanouk, yang diletakkan di dalam peti mati dari batu (sarkofagus), diarak berkeliling di jalan-jalan utama kota Phnom Penh menuju krematorium. Sejak hari itu, semua warga Kamboja yang berduka mengenakan pakaian warna hitam dan putih. Mereka berbaris di sepanjang jalan yang dilalui sambil memegang bunga teratai tanda dukacita.

”Hari ini adalah hari terakhir kami memberikan penghormatan kepada raja besar dan pahlawan kami serta mengantarkannya ke surga,” ujar asisten pribadi Sihanouk sejak lama, Pangeran Sisowath Thomico.Sementara itu warga lain, Hin Mal (79), menyatakan, dirinya telah menganggap sosok Sihanouk seolah ayahnya sendiri sehingga dia merasa sangat kehilangan kali ini.

”Saya tak dapat berkata-kata untuk menggambarkan kesedihan dan penderitaan ini, terutama saat mengetahui kita semua tak akan dapat lagi melihat tubuhnya,” ujar Mal.Pal Ho (58), warga desa dari Provinsi Pursat di bagian barat Kamboja, mengaku sengaja datang jauh-jauh untuk menyampaikan penghormatan terakhirnya secara langsung.

Tetap dicintai

Sosok Sihanouk serta catatan perjalanan sejarahnya memimpin Kamboja sangat unik dan kompleks. Meski demikian, hingga akhir hayatnya, dia sangat dicintai rakyatnya. Dia naik takhta pada tahun 1941 saat masih berusia remaja. Sejumlah kalangan menilai dia sekadar pemimpin boneka dari negara penjajah, Perancis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com