London, Senin -
”Semua pihak sepakat tentang pentingnya upaya ini dan berkomitmen melakukan segala hal yang diperlukan untuk mencapai penyelesaian damai dalam enam bulan,” demikian pernyataan bersama yang dikeluarkan kantor PM Inggris.
Pertemuan itu digelar untuk mendorong kerja sama kedua negara, di tengah kekhawatiran terjadi perang saudara setelah pasukan internasional pimpinan AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) meninggalkan Afganistan pada akhir 2014. Dukungan Pakistan—yang menyokong rezim Taliban saat berkuasa di Afganistan pada 1996-2001—dinilai sangat penting bagi perdamaian setelah penarikan mundur pasukan NATO.
Hubungan dua negara bertetangga itu nyaris tak pernah akur. Kabul dan Washington berulang kali menuduh Pakistan melindungi Taliban dan memperkeruh situasi keamanan Afganistan. Namun, belakangan, negosiator Afganistan memuji langkah Pakistan membebaskan puluhan tahanan Taliban. Langkah itu dianggap bisa membawa Taliban ke meja perundingan.
”Proses trilateral ini mengirim pesan jelas kepada Taliban: ini saatnya setiap orang berpartisipasi dalam proses politik damai di Afganistan,” ujar juru bicara Pemerintah Inggris.
Dalam pernyataan bersama, Karzai, Zardari, dan Cameron juga mendukung pembukaan kantor perwakilan Taliban di Qatar agar dapat turut serta dalam pembicaraan damai. ”Kami mendorong Taliban membuka kantor perwakilan di Qatar untuk memperlancar negosiasi antara Taliban dan Dewan Tinggi Perdamaian Afganistan, sebagai bagian dari proses perdamaian,” demikian pernyataan bersama tersebut.
Ini adalah pertemuan ketiga Karzai dan Zardari, setelah sebelumnya digelar di Kabul, Juli, dan di New York, AS, pada September 2012. Namun, baru pada pertemuan ini pimpinan angkatan bersenjata, kepala badan intelijen kedua negara, dan ketua Dewan Tinggi Perdamaian Afganistan dilibatkan.
Dalam wawancara setelah tiba di London dengan harian
Karzai menambahkan, pasukan Barat di Afganistan telah ”bertempur di tempat yang salah”. Dia menyebut contoh situasi keamanan di Provinsi Helmand, lokasi pertempuran yang memakan korban tewas tentara AS terbanyak di Afganistan, justru lebih aman sebelum pasukan Inggris tiba di sana.
Tentara dan polisi Afganistan akan mengambil alih tanggung jawab keamanan dan menghadapi perlawanan Taliban setelah penarikan 100.000 personel pasukan internasional pada akhir tahun depan. Namun, lebih dari 60 tentara asing tewas sepanjang tahun 2012 dalam serangan yang dilakukan pasukan keamanan Afganistan. Hal itu mengancam proses pengalihan tanggung jawab keamanan kepada polisi Afganistan. Pasukan keamanan Afganistan juga makin kerap menjadi sasaran serangan para pengebom bunuh diri Taliban.