Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hollande: Misi Perancis Belum Berakhir

Kompas.com - 04/02/2013, 02:22 WIB

BAMAKO, Minggu - Perancis belum akan menarik pasukan mereka dari Mali dalam waktu dekat kecuali jika Mali sudah meraih kembali kedaulatan teritorialnya. Pasukan Afrika diharapkan bisa mengambil alih peran Perancis membantu Mali menegakkan kedaulatan dan memerangi ekstremis.

”Kami belum mengakhiri misi ini. Namun, kami juga tidak ingin tinggal lama di sini. Setelah kedaulatan Mali dipulihkan, setelah MISMA (pasukan Afrika) dapat menggantikan pasukan kami, kami pulang,” kata Presiden Perancis Francois Hollande pada konferensi pers dalam kunjungan seharinya di Bamako, Sabtu (2/2).

Kedatangan Hollande di Mali disambut bak pahlawan. Sorakan warga dan penyambutan meriah oleh Bamako nyaris sama dengan euforia penduduk Kidal, Gao, dan Timbuktu, pekan lalu, ketika menyambut pasukan Perancis di kota mereka. Gabungan pasukan Perancis dan Mali memukul mundur kelompok separatis Ansar Dine, milisi bersenjata binaan Al Qaeda, yang mengokupasi dua pertiga Mali sejak April 2012.

Perancis mengintervensi militer di Mali pada 11 Januari atas permintaan resmi Bamako. Aksi militer Perancis itu sempat mengejutkan banyak negara. Namun, akhirnya 15 negara anggota Blok Ekonomi Regional Afrika Barat (ECOWAS) dan Uni Afrika ikut memberikan dukungan militer.

Intervensi Perancis itu juga mendapat dukungan logistik dari sejumlah negara Barat. Sebanyak 15 anggota Dewan Keamanan PBB pun memberikan dukungan politik bagi Perancis karena khawatir Mali menjadi basis teroris setelah Asia Selatan.

Di Timbuktu, ribuan orang berkumpul di alun-alun pusat. Mereka berseru ”Hidup Perancis” dan ”Panjang umur Hollande!”. Mereka menari-nari sambil menabuh drum, aktivitas yang sangat dilarang Ansar Dine.

Kelompok separatis itu memberlakukan hukuman cambuk, rajam dengan batu, dan eksekusi terhadap pelaku kejahatan atau pelanggar hukum. Mereka juga melarang televisi dan musik.

Aksi militer Perancis membantu Bamako membuat warga merasa lega dan dimerdekakan kembali dari kejahatan. Banyak warga kehilangan tangan, salah satunya Maman Dadeu. Banyak wanita dicambuk, salah satunya Fatimah al-Hassan. Dia dicambuk 100 kali karena menolong pria asing yang kehausan. (AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com